Jembatan Kali Garang dan Tanjakan Gombel Jadi Saksi Bisu Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan RI di Semarang

Banyak yang tidak tahu, ternyata tanjakan gombel dan jembatan kali garang jadi titik vital untuk menghadang tentara Belanda untuk mempertahankan kemerdekaan RI

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 16 Agustus 2022 | 18:30 WIB
Jembatan Kali Garang dan Tanjakan Gombel Jadi Saksi Bisu Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan RI di Semarang
Jembatan Kali Garang, Selasa (16/08/22). Jembatan tersebut pernah dirusak oleh penjuang Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1947. [Suara.com/Aninda Putri Kartika]

SuaraJawaTengah.id - Pertempuran besar pernah terjadi di Kota Semarang untuk mempertahankan kemerdekaan. Seperti Pertempuran Lima Hari di Semarang pada 14 Oktober hingga 19 Oktober 1945.

Namun tak banyak yang tahu, ternyata di Kota Semarang terdapat sejumlah lokasi yang jadi titik vital untuk menghadang tentara Belanda pada masa kemerdekaan.

Lokasi itu ada di Jembatan Kali Garang dan wilayah atas Kota Semarang yaitu Tanjakan Gombel.

Dua tempat bahkan jadi basis pejuang yang berperang secara gerilya, untuk menahan pergerakan Belanda dan perelatan tempurnya.

Baca Juga:Bersepeda Jadi Salah Satu Wisata yang Digemari Jelang Libur Kemerdekaan RI

Purnawirawan TNI Kolonel Nursahit (83), yang saat itu membantu para pejuang bercerita banyak mengenai dua titik tersebut.

Ia menceritakan, Jembatan Kali Garang dan Tanjakan Gombel punya peranan vital dalam hal mempertahankan kemerdekaan.

"Saya masih ingat dua tahun setelah Presiden Soekarno memproklamasikan kemerdekaan, dan Jepang pergi. Tentara Belanda dan sekutunya mencoba masuk kembali ke Indonesia," katanya, Selasa (16/08/22).

Dikatakannya, pada Mei 1947 Resimen 26 Pacitan dipindahkan ke Sumowono untuk menghalau pergerakan militer Belanda.

"Saat itu saya masih sangat muda, namun sebagian warga negera saya dan kawan-kawan ingin membantu mempertahankan kemerdekaan juga," jelasnya.

Baca Juga:Libur Hari Kemerdekaan RI, Ini Tujuh Rekomendasi Aktivitas yang Cocok Dilakukan

Pada Juli 1947, militer Belanda bergerak dari Jawa Barat untuk menyerang Yogyakarta.

"Karena Jawa Barat sudah dikuasai Belanda, mereka hendak menyerang Yogyakarta. Dan Yogyakarta saat itu jadi ibu kota negara sementara setelah dilakukan pemindahan dari Jakarta karena situasi di Jakarta tak kondusif," papar Nursahit.

Ia mengatakan, militer Belanda membawa perlengkapan perang lengkap dari mobil hingga tank saat masuk ke Kota Semarang.

"Namun pejuang gerilya merusak Jembatan Kali Garang sehingga tentara Belanda tertahan dan terpaksa memutar jalur," terangnya.

Startegi yang sama juga dilakukan para penjuang di Tanjakan Gombel, bom dipasang dan akses jalan dirusak.

"Tujuannya sama menahan pergerakan Belanda. Akhirnya tentara Belanda kembali memutar dan mengambil jalur di wilayah Gunungpati," tuturnya.

Menurutnya, jika tentara Belanda dapat melintas di dua lokasi itu Presiden Soekarno yang dipindahkan ke Yogyakarta akan terancam, begitu pula dengan kemerdekaan Indonesia.

"Hampir satu tahun lebih peperangan berlangsung, dua lokasi tersebut juga jadi tempat yang strategis untuk menahan pasukan Belanda," terang Nursahit.

Nursahit menambahkan, aksi mengahadang militer Belanda selesai pada November 1949.

"Setelah digelar Konferensi Meja Bundar November 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Pertempuran pun diakhiri. Jembatan dan akses jalan pun dibangun dan dikembalikan seperti semula," imbuh Nursahit yang secara resmi masuk TNI pada 1950 an itu.

Kontributor : Aninda Putri Kartika

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak