Nasib Sopir Angkot di Magelang: Sepi Penumpang dan Bayang-bayang Momok BBM Naik

Peran angkutan kota alias angkot perlahan tergantikan oleh taksi dan ojek online.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 23 Agustus 2022 | 18:03 WIB
Nasib Sopir Angkot di Magelang: Sepi Penumpang dan Bayang-bayang Momok BBM Naik
Jumlah penumpang angkutan kota trayek Terminal Muntilan-Terminal Tidar saat ini jauh berkurang. Banyak orang memiliki motor sendiri atau memilih bepergian naik taksi atau ojek online. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

Jika dipukul rata setiap rit Suharyanto mendapat uang Rp35 ribu, hasil yang diterimanya setiap rit -setelah potong beli bensin- hanya Rp10 ribu.   

“Misal sehari bisa narik sampai 5 rit, berarti kan cuma dapat setoran saja Rp50 ribu. Belum untuk makan dan yang lain-lain," paparnya.

Angkot yang dibawa Suharyanto milik orang lain yang berarti dia harus menyerahkan setoran. Dulu sebelum pandemi Covid, bos angkot menetapkan setoran Rp70 ribu sehari.

Saat penumpang berkurang drastis selama pandemi, ada keringanan membayar setoran hanya Rp50 ribu sehari. Itupun setoran kadang tidak terpenuhi karena tidak ada penumpang.   

Baca Juga:Jokowi Tegaskan Hati-Hati Atur Harga BBM Subsidi

“Ya mau bagaimana lagi. Rata-rata angkot kan dibawa pulang oleh sopir. Kalau hari ini nggak dapat setoran, mudah-mudahan besok dapat. Satu minggu semoga bisa nutup," jelas Suharyanto.

Dia agak lega jika kebetulan mendapat permintaan carteran. Ongkos carteran biasanya cukup untuk menutup 1 hari setoran.

“Misal satu minggu nggak mampu, ya sudah berarti ada hari yang ngeblong begitu. Misal harusnya setoran tujuh hari, ya berarti cuma bisa setor 6 hari. Selama pandemi tetap narik angkot. Kalau nggak narik terus mau apa,” tukasnya.

Berjuang untuk Dapur

Dihitung secara matematis, pendapat Suharyanto dalam sehari pasti kurang untuk mememenuhi kebutuhan keluarga. Anak pertamanya sudah lulus SMA serta anak kedua duduk di bangku SMP.

Baca Juga:Viral Video Pria Emosi Ditolak Membeli BBM Pakai Uang Rp 50 Ribu Keluaran Terbaru, Ini Klarifikasi Petugas SPBU

“Yang bontot masih kecil. Empat tahun. Untuk kebutuhan sehari-hari itu kan sekarang anak 3, pengeluaran Rp50 ribu pasti itu,” kata Suharyanto.

Tapi rezeki siapa tahu. Tidak setiap hari Suharyanto mendapati nasib sepi penumpang.

Dia malah mengakui bahwa belakangan ini kondisi mulai membaik. Usaha orang-orang mulai kembali bergeliat setelah lebih dari 2 tahun dihajar Covid.

“Sekarang-sekarang ini sudah lumayan stabil. Kemarin nutup setoran. Bersih. Maksudnya sudah potong makan dan bensin dapat Rp100 ribu. Buat setoran Rp50 ribu, buat di rumah Rp50 ribu,” jelasnya.

Dia menyayangkan jika rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak benar-benar terjadi. Situasi itu pasti akan menganggu dunia usaha yang sedang berjuang bangkit dari cekikan pandemi.

Sebagai sopir angkot, satu-satunya solusi mengatasi kenaikan bahan bakar minyak apa lagi kalau bukan menaikkan tarif angkutan. Organda pasti akan memberlakukan tarif baru menyesuaikan besaran kenaikan harga BBM jenis Pertalite.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini