Disebut Titisan Dewa, Begini Kisah dan Asal-usul Rambut Gimbal dan Prosesi Ruwatan Dieng Culture Festival

DCF adalah salah satu acara tahunan yang turun temurun untuk merayakan prosesi pencukuran rambut gembel.

Ronald Seger Prabowo
Selasa, 30 Agustus 2022 | 16:21 WIB
Disebut Titisan Dewa, Begini Kisah dan Asal-usul Rambut Gimbal dan Prosesi Ruwatan Dieng Culture Festival
Anak gembal yang ikut ruwatan pada gelaran DCF 2021. [Suara.com/Citra Ningsih]

SuaraJawaTengah.id - Gelaran yang dinanti nanti, Dieng Culture Festival (DCF) 2022 sudah didepan mata. Adakah yang tahu sejarah prosesi pencukuran rambut gimbal atau bajang ? begini kisahnya.

DCF 2022 akan digelar pada 2-4 September besok. Penjualan ribaun tiket bahkan ludes habis diserbu wisatawan. Melihat antusias warga, panitia beberapa kali menambah kuota tiket.

DCF adalah salah satu acara tahunan yang turun temurun untuk merayakan prosesi pencukuran rambut gimbal. Namun, apakah Anda tahu asal-usul prosesi pencukuran rambut gembel ?

Salah satu tokoh sesepuh Dieng Kulon, Sumarsono mengatakan, prosesi ruwatan atau pencukuran rambut gimbal sudah dilakukan sejak dulu.

Baca Juga:Dieng Culture Festival Didorong jadi Agenda Wisata Internasional

"Dulu sekali, ada bocah bajang yang diadopsi sama mbah Tumenggung Kolodete (Dewa) yang kemudian dirawat oleh Dewi bernama Roro Ronce. Tapi sampai saat ini kisahnya tidak jelas dan masih meninggalkan misteri," ungkapnya, Selasa (30/8/2022).

Meski banyak detil kisah yang terpenggal, namun terdapat fakta tentang rambut gimbal Dieng yang dapat ditarik benang merah.

"Tapi faktanya keturunan mereka itu masih ada, yaitu bocah rambut gimbal atau bocah rambut bajang. Setiap dusun ada satu atau dua atau lebih itu ada yang gembel," kata dia.

Banyak yang menyebut, munculnya rambut gimbal adalah keajaiban. Pasalnya, kemunculan rambut gimbal kerap kali tiba-tiba dan belum ada uji medis.

"Keluar gimbalnya itu tidak menentu, makanya dikatakan barang ajaib. Banyak juga yang menganggap ini sebuah titipan, karena adanya bocah bajang, saya sendiri juga sempat punya rambut bajang dulu,"jelasnya.

Baca Juga:Kisah Putri Ayu Sekarsari, Salah satu Bocah Rambut Gembel yang akan Diruwat pada DCF 2022, Sempat Minta iPhone Terbaru

Para pemilik rambut gimbal-pun masing-masing kerap mengalami keanehan yang berbeda-beda. Dari yang sakit-sakitan sampai dapat melihat sosok nyata.

"Yang saya rasakan, saya bisa melihat sosok yang beda, bukan manusia bukan pula hewan. Dulu itu pernah melihat yang bentuknya seperti orang kecil matanya melotot, saya heran, tapi setelah cukur ya sudah tidak seperti itu lagi,"kata dia.

Kebanyakan, anak gimbal memiliki gerak-gerik aneh dan ketika meminta sesuatu harus terlaksana. Jika tidak, ia akan marah dan sakit.

"Kalau sekarang kebanyakan ini memiliki gerak gerik yang aneh, makan minta apa harus terlaksana. Kalau tidak dituruti nanti akan rewel. Kalau baru tumbuh juga rewel dan sakit sakitan seperti demam, cicit saya pun seperti itu, tapi tidak perlu khawatir," ujarnya.

Garis Keturunan

Ia menyebut, sejauh ini anak yang berambut gembel terdapat garis keturunan Dieng jika diurut silsilah keluarganya.

"Selama ini banyak yang ikut ruwatan dari berbagai daerah, bahkan di luar Jawa. Tapi ketika diurut itu ada keturunan dari Dieng, entah dari nenek atau buyut," sebutnya.

Tradisi ruwatan sebelumnya sudah berlangsung sejak dulu namun dilakukan secara mandiri oleh warga desa. Ruwatan digelar di komplek Candi dengan diikuti prosesi lainnya.

Berbeda dengan prosesi DCF saat ini yang digelar dengan rangkaian acara hiburan yang menarik wisatawan.

"Prosesi ruwatan sama dari dulu sampai sekarang, misal ada keramas dan sesaji itu sama. Hanya saja, dulu belum semeriah ketika dikemas menjadi DCF," jelas dia.

Kontributor : Citra Ningsih

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak