IDAI Dalami Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius, Ini Penjelasannya

IDAI masih mendalami penyebab percepatan perburukanatau rapidprogresif yang tidak umum terjadi pada pasien ginjal dalam kaitan dengan kasus gangguan ginjal akut misterius

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 18 Oktober 2022 | 16:55 WIB
IDAI Dalami Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius, Ini Penjelasannya
Ilustrasi ginjal. IDAI masih mendalami penyebab percepatan perburukan atau rapid progresif yang tidak umum terjadi pada pasien ginjal dalam kaitan dengan kasus gangguan ginjal akut misterius. [freepik]

SuaraJawaTengah.id - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) masih mendalami penyebab percepatan perburukan atau rapid progresif yang tidak umum terjadi pada pasien ginjal dalam kaitan dengan kasus gangguan ginjal akut misterius.

"Sekarang ini anak yang sebelumnya tidak ada masalah ginjal atau memiliki ginjal normal, mengalami rapid progresif," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso dikutip dari ANTARA, Selasa (18/10/2022). 

Ia mengemukakan sebagian besar kasus gagal ginjal pada pasien anak disebabkan kelainan bawaan atau sejak lahir, seperti ginjal tidak terbentuk dengan baik saat di kandungan karena pengaruh kelainan.

Fenomena rapid progresif itu didapat IDAI berdasarkan laporan penelitian terhadap 180-an pasien tanpa penyakit bawaan yang dilaporkan dari 20 provinsi di Indonesia dalam dua bulan terakhir. Umumnya pasien balita umur 1-5 tahun.

Baca Juga:Kemenkes Bentuk Tim Investigasi Selidiki Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius yang Menyerang Anak

Percepatan perburukan terjadi pada gejala di saluran cerna yang ditandai dengan muntah, demam, diare, infeksi saluran napas akut, dan batuk pilek.

"Ada yang khas, seperti demam dan juga berkurang volume air kencingnya," katanya.

Takaran normal urine secara ilmiah pada balita, kata Piprim, berkisar satu mililiter per kg berat badan per jam.

Kalau umur satu tahun berat badan 10 kg, katanya, dalam 24 jam sekitar 240 cc atau kira-kira satu gelas air mineral.

Jika seluruh gejala itu dilakukan pengecekan secara laboratorium, kata Piprim, terjadi peningkatan kadar ureum, kreatinin, dan kalium pada pasien.

Baca Juga:Penyakit Ginjal Akut Serang Anak Indonesia, Kemenkes Bentuk Tim Investigasi

"Yang bikin kami khawatir, perburukannya cepat dari yang tidak ada apa-apa, tiba-tiba tidak ada air kencing sama sekali. Kejadian biasanya di populasi paling banyak sekitar 0,9 persen," katanya.

Hingga saat ini, IDAI bersama Kementerian Kesehatan masih meneliti sejumlah penyakit yang memengaruhi percepatan perburukan gangguan ginjal akut pada pasien.

Pengaruh yang dimaksud, di antaranya Adenovirus, Leptospirosis, hingga kandungan Dietilen Glikol dan Etilen Glikol pada sirup obat anak seperti yang dialami penduduk di Gambia, Afrika.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini