BRI Optimistis Dapat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Fokus pada UMKM

BRI sendiri sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro.

Fabiola Febrinastri
Rabu, 26 Oktober 2022 | 16:30 WIB
BRI Optimistis Dapat Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Fokus pada UMKM
Direktur Utama BRI, Sunarso. (Dok: BRI)

SuaraJawaTengah.id - Tantangan kondisi perekonomian saat ini terbesar datang dari eksternal, terutama inflasi yang sangat tinggi dan direspons oleh berbagai bank sentral dengan cara meningkatkan suku bunga. Selain itu, tantangan juga datang dari konflik Ukraina dan Rusia yang memicu dan mengakibatkan adanya krisis pangan dan energi.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama BRI, Sunarso dalam diskusi daring Capital Market Summit & Expo 2022.

Sunarso menjelaskan, untuk menghadapi situasi ekonomi saat ini karena tantangan-tantangan ke depan, pihaknya telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang menjadi dasar antisipasi atau mitigasi risiko.

Kondisi pertama, adalah ekonomi pulih, inflasi naik dan kualitas kredit memburuk. Pada kondisi tersebut, mitigasi yang BRI lakukan diantaranya mempercepat proses write-offs agar recovery rate yang lebih tinggi, serta mempertahankan coverage ratio yang besar.

Baca Juga:Januari-Agustus 2022, AgenBRILink Telah Bantu Masyarakat untuk Memproses 709 Juta Transaksi

“Oleh karenanya, BRI menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266%, angka tersebut lebih dari cukup. Maka jika terjadi pemburukan situasi, maka BRI aman, dan nasabah juga aman. Kemudian tumbuh secara selektif, dengan pemantuan kualitas pinjaman yang intensif,” katanya.

Kedua, kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali dibarengi kualitas kredit membaik. Maka, langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-offs supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi. Namun menurunkan coverage ratio, mengurangi bantalan untuk tumbuh.

Kemudian melakukan enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk dan kemudian Loan Portofolio Guideline (LPG) yang dikendorkan sehingga kredit dapat dipacu untuk lebihi cepat tumbuh.

Ketiga, kondisi ekonomi tetap stagnan namun inflasi tetap terkendali dengan kualitas kredit membaik. Strategi yang diambil adalah tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit Loan Portofolio Guideline (LPG) menjadi moderat.

Hal ini mempertahankan coverage ratio yang tinggi untuk bantalan dan melakukan simulasi stress-test untuk memastikan bisnis BRI aman.

Baca Juga:BRI: AgenBRILink Wujud Nyata Inisiatif BRI dalam Hadirkan Layanan yang Dekat dengan Masyarakat

Keempat, apabila yang paling buruk adalah ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk.

“Maka strategi kami tumbuh secara terbatas, pengaturan Loan Portofolio Guideline (LPG) yang lebih ketat, mempertahankan coverage ratio yang tinggi. Itulah kira-kira 4 matriks kemungkinan kondisi ekonomi yang mungkin terjadi kedepan,” jelasnya.

3 Kunci Pertumbuhan BRI
Di tengah tantangan ekonomi global saat ini, BRI optimistis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan fokus kepada UMKM yang sekaligus dapat menciptakan lapangan kerja. Seperti diketahui, kondisi perekonomian global dan nasional masih dibayangi tantangan, bahkan dihadapkan dengan ancaman resesi.

Oleh karenanya, BRI terus berperan aktif menciptakan kinerja positif melalui tiga strategi yang menjadi syarat utama pertumbuhan.

“Maka, untuk tumbuh syaratnya ada tiga. Pertama, sumber pertumbuhannya jelas dan dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang,” ujar Sunarso.

Sebagai sumber pertumbuhan baru, BRI sendiri sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro yang resmi terbentuk sejak September 2021 bersama PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) atas inisiasi Kementerian BUMN.

Kedua, adanya kecukupan modal. Sunarso menyebut Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dimiliki BRI mencapai 25%. “Cukup untuk tumbuh selama 4 tahun ke depan, maka labanya berapapun, tidak ada alasan untuk menahan laba menjadi modal. Jadi layak dibagikan, karena itu cukup,” kata Sunarso menegaskan.

“Ketiga, likuiditas yang melimpah, dimana saat ini rasio LDR nasional masih berada dilevel 82%”, jelasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini