Wow! Bakal Bantu Promosi Wisata dan Kuliner, 4.000 Restoran Indonesia Ditargetkan Hadir di Luar Negeri

Kuliner Indonesia bakal dipasarkan ke seluruh dunia. Hal itu tentu saja bisa membantu promosi wisata yang ada di tanah air.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 09 November 2022 | 17:00 WIB
Wow! Bakal Bantu Promosi Wisata dan Kuliner, 4.000 Restoran Indonesia Ditargetkan Hadir di Luar Negeri
Ragam Kuliner Adat Nusantara yang Unik. Kuliner Indonesia bakal dipasarkan ke seluruh dunia. Hal itu tentu saja bisa membantu promosi wisata yang ada di tanah air.  (Ist)

SuaraJawaTengah.id - Kuliner Indonesia bakal dipasarkan ke seluruh dunia. Hal itu tentu saja bisa membantu promosi wisata yang ada di tanah air. 

Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf) Yuana Rochma Astuti menyebut, sedikitnya 4.000 restoran Indonesia ditargetkan hadir di luar negeri pada tahun 2024.

"Kita akan mengenalkan program pemerintah bernama 'Indonesia Spice Up the World' dengan target hingga tahun 2024 hadirnya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan memperkenalkan kuliner Nusantara seperti rendang, nasi goreng, sate, soto, dan gado-gado," kata Yuana dikutip dari ANTARA pada Rabu (9/11/2022).

Yuana, pada paparannya dalam konferensi akbar eksportir Indonesia bertajuk “The X Lite” yang dihelat Bisa Ekspor X Eksporasi Musik pada Kamis (3/11) di Palembang, Sumatera Selatan, menyebutkan bahwa tahun ini terjadi perubahan paradigma dalam strategi pengembangan pariwisata yang diharapkan dapat menjadi kunci dalam mengantisipasi gelombang resesi global yang bisa menerpa ekonomi Indonesia tahun depan.

Baca Juga:Kemenparekraf dan PFN Dukung Promosi Pariwisata Indonesia Lewat Film

Strategi pertama adalah “From City to Countryside” yang fokus pada destinasi yang mempromosikan aktivitas outdoor dan berkelanjutan (sustainable) sehingga dapat menyelesaikan isu over tourism capacity.

Kedua, “Tweak Tourism Policies” yang mengedepankan destinasi yang beragam guna mengurangi kepadatan di suatu destinasi.

Ketiga, “Switching to Digital Economy”, yaitu pelayanan pariwisata dengan beralih ke digital ekonomi.

Keempat, “Inclusive Growth” yang menargetkan investasi untuk mengatur pertumbuhan pariwisata yang inklusif dan berkesinambungan.

Terakhir, “Sustainable Tourism”, yaitu pengembangan pariwisata yang mengarah pada eco tourism dan mengurangi dampak negatif dari aktivitas pariwisata seperti sampah, limbah, dan jejak karbon.

Baca Juga:PHRI Riau: Balita Jatuh dari Hotel Murni Kelalaian Orang Tua, Keamanan Hotel Sesuai Prosedur

Berdasarkan UU No.24 Tahun 2019, ekonomi kreatif (ekraf) merupakan sektor perekonomian yang memiliki nilai tambah dari kekayaan intelektual yang bersumber dari kreativitas manusia berbasis warisan budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Ekraf mencakup 17 subsektor di antaranya kuliner, kriya, dan fesyen yang menempati posisi paling atas. Sedangkan yang potensial dioptimalkan adalah game, animasi, dan aplikasi.

“Kalau bicara tentang kontribusi ekraf kita terhadap PDB nasional, kita cukup berbangga hati karena kontribusinya sudah mencapai 7,5 persen. Ekraf Indonesia menempati peringkat ke-3 setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan," kata Yuana.

Untuk ekspor ekraf yang paling tinggi dari produk fesyen yang pada triwulan I 2022 menyumbang sebesar 56,53 persen dari total ekspor ekraf, diikuti produk kriya dan kuliner.

Negara tujuan ekspor ekraf terbesar adalah Amerika Serikat dengan 3,13 miliar dolar AS, Swiss dengan 1,09 miliar dolar AS, dan Singapura dengan 0,38 miliar dolar AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak