Ia menambahkan, di atas kolektif kolegial adalah sistem yang menjadi kekuatan dari kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan di Muhammadiyah akan dipilih oleh anggota Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah sebagai representasi anggota Muhammadiyah di muka bumi.
"Kita percayakan kepada mereka yang sudah terlatih untuk memilih dengan kematangan dan pemahaman, juga sistem organisasi yang dimiliki akan punya kearifan sendiri," papar Haedar.
Nantinya dalam Tanwir Muhammadiyah, jelas Haedar, dari 92 calon yang ada, akan dipilih 39 calon. Selanjutnya dari 39 calon tersebut, dalam Muktamar, akan dipilih hingga terdapat 13 calon yang akan menjadi anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan memilih ketua umum.
Calon Ketua Umum tersebut nantinya akan dibawa ke sidang pleno Muktamar untuk disahkan. Sedikit berbeda dengan Muhammadiyah, Shoimah selaku panitia pemilihan menjelaskan bahwa dalam sidang Tanwir ‘Aisyiyah akan memilih 39 nama dari 105 calon yang telah diseleksi oleh panitia pemilihan ‘Aisyiyah. Selanjutnya, dalam sidang Muktamar akan ditawarkan kepada muktamirin, apakah akan memilih 13 calon secara langsung atau secara formatur.
Baca Juga:Nomor Urut Parpol Tak Diubah Lagi, Ini Urutannya di Pemilu 2019
Biasanya, ungkap Shoimah, anggota muktamar ‘Aisyiyah meminta secara formatur yang kemudian akan memilih Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah.