Soal Penyakit Gagal Ginjal, BPOM Temukan 6.000 Link Penjual Obat Mematikan, Penny: Yang Lalai Industri Farmasi

Kepala BPOM, Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP membongkar bahwa hal ini benar-benar disengaja. Pihaknya mengungkapkan ada 6.000 link penjual obat mematikan tersebut

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 25 November 2022 | 10:42 WIB
Soal Penyakit Gagal Ginjal, BPOM Temukan 6.000 Link Penjual Obat Mematikan, Penny: Yang Lalai Industri Farmasi
Kepala BPOM, Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP membongkar bahwa hal ini benar-benar disengaja. Pihaknya mengungkapkan ada 6.000 link penjual obat mematikan tersebut. [YouTube/Deddy Corbuzier]

SuaraJawaTengah.id - Kasus kematian anak akibat gagal ginjal masih menjadi misteri. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP membongkar bahwa hal ini benar-benar disengaja. Pihaknya mengungkapkan ada 6.000 link penjual obat mematikan tersebut.

"Kami kan ada deputi bidang penindakan, kita melakukan cyber patrol ada 6.000 link yang menjual obat tersebut karena saking murahnya," ujar Penny dalam podcast Deddy Corbuzier yang dikutip pada Jumat (25/11/2022).

Obat-obat tersebut menurut Penny bukan cemaran lagi, namun konsentrasi pencemar yang jadi pelarutnya.

"Dibandingkan ambang batasnya 0,5 mg/berat badan kemudian kita hitung dengan berapa ml dia minum, sampai sekitar lebih dari 400 kalinya," tambahnya.

Baca Juga:Kepala BPOM RI Dipanggil Polisi Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut

Penny mengaku kaget dengan adanya kasus tersebut. Terlebih adanya kandungan etilen glikol (EG) dan diatilen glikol (DEG) hampir 90% dalam bahan kimia berlabel propilen glikol.

Penny mengatakan bahwa hal ini sudah termasuk dengan kejahatan. Ia mengatakan ada satu fasilitas ilegal dan pemalsuan.

"Ternyata ini kejahatan, jadi ada satu fasilitas ilegal, dimana mereka mencampur dan ada pemalsuan. Industri farmasi itu mendapat pasokan bahan pelarut yang dipalsukan, betul-betul pemalsuan dan kesengajaan," tegasnya dalam podcast Deddy Corbuzier.

Penny menegaskan bahwa pihak BPOM masih terus menelusuri lebih lanjut terkait aspek kesengajaan. Karena walaupun tujuan kejahatan dari luar banyak, namun jika industri farmasi tidak lalai, maka tidak akan terjadi.

"Iya yang lalai memang industri farmasi, kita dapatkan 5 industri farmasi yang lalai. Saringan terakhir sebelum sampai ke produksi itu ya industri farmasi, kan mereka harus menanggung quality controlnya, jadi mereka harus punya sistem mutu yang kuat," terangnya.

Baca Juga:Bareskrim Polri Periksa Kepala BPOM Penny Lukito Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut Hari Ini

Mirisnya lagi, kasus seperti ini tak hanya bisa masuk melalui obat saja. Namun juga tidak menutup kemungkinan akan masuk ke produk pangan bahkan kosmetik.

"Iya bisa, apalagi sekarang ada penjualan online. Mereka akan sangat mudah menjualnya dengan harga yang jauh lebih murah, sehingga banyak peminatnya," ungkapnya.

Kontributor: Kanita Auliyana Lestari

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini