"Dulu awal buka Pertashop bisa jual sampai 2.000 liter per hari. Tapi sejak harga BBM naik sekarang penjualan antara 600 -1.000 liter per hari saja," ujarnya.
Meski begitu, kondisi tersebut tak lantas membuatnya putus asa, karena penjualan tersebut masih sesuai dengan rencana bisnis awal, yakni 400 liter per hari. Untuk mendirikan Pertashop di lahan seluas 400 meter persegi, ia mengeluarkan modal hingga kurang lebih Rp1 miliar.
"Tadinya pengembalian modal diperkirakan bisa lebih cepat. Tapi sekarang masih sesuai dengan rencana awal sih, kalau penjualan 400 liter, kembalinya modal ya 4-5 tahun," tuturnya.
Aditya menambahkan, sebagai langkah inovatif untuk melengkapi layanan Pertashop, ia pun kini telah bergabung sebagai agen BRILink. Dengan menjadi agen BRILink, pelanggan yang datang juga bisa memanfaatkan layanan tarik tunai, membayar listrik atau pembayaran tagihan, serta layanan perbankan lainnya.
Baca Juga:Contoh Badan Usaha Milik Negara di Lingkungan Kita yang Sering Tak Disadari
"Sebenarnya ada banyak layanan yang ditawarkan sebagai inovasi untuk menambah layanan di Pertashop, baik itu dari Pertamina, dari pihak luar seperti PT Pos, juga ada dari Bulog. Ini sementara masih pakai BRILink," imbuhnya.
Aditya menjelaskan, selain berinovasi pada pelayanan tambahan, keramahan serta pelayanan operator juga menjadi kunci agar bisnis Pertashop bisa berkembang.
"Kadang – kadang ya... maaf, saya masih banyak lihat ada Pertashop yang tidak dijaga sama operatornya. Atau ada juga yang pakaian operatornya dan pelayanannya sembarangan. Jadi, ini mempengaruhi juga pada pelanggan yang datang," jelas Aditya.
Aditya menegaskan, tetap harus ada upaya inovasi untuk menjaga bisnis Pertashop tetap diminati pelanggan. Pasalnya, jika hanya mengandalkan bantuan dari luar, maka bisnis tidak akan berkembang.