"Harapannya tentu hal itu menjadi simbol persaudaraan atau istilah jawa 'seduluran selawase' atau menjadi saudara selamanya, meski ada perbedaan agama tetapi kita tetap bersaudara," ujarnya.
Bahkan, kata dia, kehidupan dua umat beragama yang berbeda di Desa Winong yang begitu harmonis dan adanya bangunan dua tempat ibadah umat berbeda yang berdekatan, menarik warga asing untuk melihatnya secara langsung kehidupan beragama di tengah keberagaman.
Di antaranya, kunjungan pendeta dari Amerika pada bulan Juli 2022 dan dosen dari perguruan tinggi ternama di Amerika pada bulan Oktober 2022 untuk melihatnya secara langsung, sekaligus berdiskusi dengan warga Desa Winong, baik dari yang beragama Kristen maupun Islam.
Potret kerukunan antar umat beragama di Desa Winong, diharapkan bisa menjadi pendorong kerukunan beragama di tempat lain agar Indonesia tetap aman dan damai, terlebih menjelang perhelatan Pemilu 2024.
Baca Juga:Jusuf Hamka Cerita Ibu Kristen yang Toleran, Dibangunkan Sahur-Beli Wajan Khusus Jaga Kehalalan