Warga digerakan untuk membudidayakan ulat sutra yang kemudian disetor ke pusat pemintalan benang di Piyungan, Bantul.
Sarung Tenun Buatan Tangan
Masyarakat terutama di Jawa dikenalkan dengan alat tenun bukan mesin. Rakyat Indonesia dikerahkan untuk dapat membuat pakaian sendiri yang seluruh bahannya didapat dari bumi sendiri.
“Dulu di pramuka itu ada lagu, ‘ATBM saudara, alat tenun bukan mesin’,” kata Sumadiyo mengenang masa-masa pemerintah Soekarno menggencarkan produksi kain buatan sendiri.
Lelaki berusia 67 tahun itu tidak menyangka kelak akan menghabiskan hampir separo usianya bekerja sebagai mandor di pabrik sarung tenun cap Botol Terbang.
Pabrik sarung cap Botol Terbang layak disebut sebagai satu-satunya usaha kain tenun yang masih mempertahankan penggunaan alat tenun bukan mesin.
Suara tumbukan kayu dada dan batang pemukul mengalun di pabrik sarung tenun cap Botol Terbang di Jalan Pahlawan, Potrobangsan, Kota Magelang. Beberapa perempuan tekun menghadap mesin tenun.
Sumadiyo sendiri mengaku bergabung di pabrik ini sejak tahun 1982. Mulanya belajar dari mengamati pekerja lain, Sumadiyo kini dipercaya mengawasi seluruh tahap produksi.
“Saya termasuk pekerja generasi kelima. Saya termasuk orang baru. Dari abahnya dulu yang punya pabrik ini, terus ke anaknya dan cucu-cucu.”
Baca Juga:Duar!!! Rumah di Magelang Meledak Diduga Akibat Bubuk Mercon, Satu Orang Tewas
Pengalaman kerja 41 tahun menangani pabrik, Sumadiyo paham betul seluk beluk produksi sarung tenun tradisional Botol Terbang.