Monumen Ketenangan Jiwa, Sisa Kelam Pertempuran 5 Hari di Semarang yang Terabaikan

Monumen tersebut juga untuk mengenang pertempuran 5 hari di Semarang dari sudut pandang yang lain.

Ronald Seger Prabowo
Rabu, 14 Juni 2023 | 15:08 WIB
Monumen Ketenangan Jiwa, Sisa Kelam Pertempuran 5 Hari di Semarang yang Terabaikan
Penampakkan Monumen Ketenangan Jiwa yang berada di dekat muara banjir kanal barat, Rabu (14/6/2023) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Bagi warga Semarang, monumen Tugu Muda yang berdiri kokoh di jantung kota merupakan saksi bisu pecahnya pertempuran 5 hari di Semarang antara pejuang kemerdekaan Indonesia melawan tentara Jepang.

Namun di sisi utara kota Semarang, tepatnya di dekat muara banjir kanal barat berdiri monumen ketenangan jiwa.

Monumen tersebut juga untuk mengenang pertempuran 5 hari di Semarang dari sudut pandang yang lain.

Sesuai namanya, monumen berupa bongkahan batu dan tertera tulisan aksara Jepang itu memang berada di lokasi yang sangat tenang. Hembusan angin dan suara deru ombak begitu terasa disana.

Baca Juga:Hari Kemerdekaan Pers Sedunia, AJI Palembang Aksi 1.000 Lilin Teruntuk Kebebasan Berekspresi

"Kalau istilah Jepangnya monumen itu dikenal dengan nama Chinko No Hi. Diresmikan Wali Kota Semarang era Soetrisno Soeharto beserta warga Jepang," kata Pemerhati Sejarah, Johanes Cristiono, saat dihubungi  SuaraJawaTengah.id, Rabu (14/6).

"Untuk mengenang warga sipil dan tentara Jepang yang dibunuh para pejuang kemerdekaan Indonesia," tambahnya.

Menurut lelaki yang akrab disapa Johanes itu menuturkan kalau penggas monumen ketenangan jiwa seorang perwira dari Jepang bernama Aoki Masafumi.

Dalam pahatan monumen ketenangan jiwa tertulis sebanyak 150 warga sipil dan tentara Jepang dibunuh dalam pertempuran lima di Semarang.

Selain tulisan nama-nama korban, Aoki Masafumi juga menuliskan sebuah harapan agar para korban bisa tenang dan segala pengorbanan kedua belah pihak menjadi acuan perdamaian dunia.

Baca Juga:Provinsi di Indonesia Ada Berapa? Update Jumlah Terbaru Tahun 2023

"Para tawanan Jepang di penjara Bulu dibunuh. Warga sipil Jepang yang tinggal dipenjuru Semarang diburu. Lalu mayat-mayatnya dibuang ke aliran sungai banjir kanal barat," ungkap Johanes.

Terabaikan

Kondisi monumen ketenangan jiwa pagi itu seperti tidak terawat. Disekelilinginya, banyak ilalang menjulang tinggi dan tumbuhan lainnya.

Selain itu, akses jalan untuk ke sana pun cukup terjal. Karena jalannya masih berupa tanah, bebatuan dan sering digenangi air rob ketika siang dan sore hari.

"Kalau tidak salah dua tahun lalu, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Kanasugi berkunjung ke sana. Mestinya Pemerintah kota Semarang ambil peluang untuk bekerja sama dengan mereka," papar Johanes.

"Minta dibangun akses jalan menuju ke sana. Lokasinya kan bagus dekat pantai baruna. Bisa dibuat wisata mancing atau untuk sekedar nongkrong melepas penat," lanjutnya lagi.

Bagi warga Jepang mungkin monumen ketenangan jiwa sangat sakral. Desain punggung batu menghadap utara ternyata sangat filosofis. Orang-orang Jepang yang berdoa disana secara geografis menghadap ke Tokyo arah kaisarnya.

Berdasarkan informasi dari penjaga keamanan di pos baruna. Setiap tahunnya ada beberapa warga Jepang yang rutin berkunjung ke momumen ketenangan jiwa.

"Kalau yang saya tau ada beberapa orang Jepang yang mendirikan perusahaan disini. Setahun sekali mereka rutin ke sana. Biasanya kalau ke lokasi diantar sama teman saya," ungkap seorang security yang tidak mau disebutkan namanya.

Kontributor: Ikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini