"Gus Dur sangat konsisten agar kami (keturunan Tionghoa) tidak dibeda-bedakan. Dulu orang-orang Tionghoa malu mengakui kalau dirinya keturunan China. Sekarang ada pergeseran budaya, masyarakat Indonesia malah bangga kalau punya pacar chindo," kelakar Ulin.
Tercetusnya Sinci Gus Dur

Tahun 2012, ada seorang cendikiawan Bandung bernama Soegiri Suteja menyampaikan usulan kepada Harjanto Halim agar Gus Dur dibuatkan sebuah penghormatan atas jasa-jasanya kepada kalangan Tionghoa.
"Akhirnya tercetuslah pembuatan sinci. Kami juga sadar, setelah dikukuhkan jadi bapak kami. Gus Dur layak mendapatkan penghormatan lebih dari kami," tuturnya.
Baca Juga:Ini Daftar Tempat Salat Idul Adha 1444 H di Kota Semarang pada 28 Juni 2023
Namun proses pembuatan sinci Gus Dur butuh waktu yang cukup panjang. Pihaknya harus berkonsultasi dan meminta izin kepada istri Gus Dur, Sinta Nuriyah.
Saat itu menurut Ulin, Sinta Nuriyah cukup senang mendengar rencana tersebut. Terkait desain sincinya, Sinta Nuriyah menyerahkan sepenuhnya kepada sahabat dekat Gus Dur yakni KH. Mustofa Bisri alias Gus Mus.
"Kontak Gus Mus deh, dia yang tau seleranya Gus Dur," kata Ulin menirukan suara Sinta Nuriyah.
Pihak Rasa Dharma lantas langsung menghubungi Gus Mus. Benar saja, Gus Mus paham betul dengan selera sahabat karibnya tersebut. Gus Mus banyak memberi masukan soal desain Sinci Gus Dur yang akan diletakkan di meja altar Rasa Dharma tersebut.
"Gus Mus lebih suka desain atasnya mirip Masjid Agung Demak ketimbang bentuk kubah. Karena arsitektur Masjid Demak mengadung makna Iman, Islam dan Ihsan," ungkap Ulin.
Baca Juga:Indahnya Keberagaman di Rasa Dharma Semarang: Berbagi Makanan Tanpa Pandang Agama
"Setelah masalah perizinan dan desain clear. Sinci Gus Dur resmi diletakkan di altar Rasa Dharma tanggal 14 agustus 2014. Hanya ada di Semarang, mungkin satu-satunya di seluruh dunia," lanjutnya.