Mengerikan! Kisah Para Penambang Emas di Banyumas, Bertaruh Nyawa untuk Mencukupi Kebutuhan

Penambang emas di Banyumas bertaruh nyawa demi mencukupi kebutuhan keluarga mereka

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 01 Agustus 2023 | 12:52 WIB
Mengerikan! Kisah Para Penambang Emas di Banyumas, Bertaruh Nyawa untuk Mencukupi Kebutuhan
Hari Terakhir Tim SAR Gabungan berupaya lakukan evakuasi di Lokasi tambang Desa Pancurendang, Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah. (Suara.com/Citra Ningsih)

SuaraJawaTengah.id - Tak terbayangkan kerasnya menjadi penambang emas. Hari-hari bertaruh nyawa demi mencukupi kebutuhan.

Di bawah tanah yang dalam, para penambang berjuang dengan penuh harapan. Berbekal alat pengaman seadanya, para penambang tak ragu masuk lubang galian yang tak lebar.

"Hanya cukup satu badan (lebar lubang). Tapi bisa untuk duduk. Pas sekali," ungkap Nino, penambang emas di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Selasa (1/8/2023).

Di dalam lubang, para penambang bisa menghabiskan waktu hingga 12 jam, bahkan seharian. Hal itu sesuai jam operasional yang telah disepakati.

Baca Juga:Tim SAR Terus Menggali Harapan di Sisa Satu Hari Waktu Pencarian 8 Penambang Emas Banyumas

"Perjanjiannya minimal 12 jam sekali turun. Misal turun jam 9 pagi, keluar jam 9 malam. Malah pernah 24 jam juga," kata dia.

Bermodal headlamp, para penambang harus jeli mencari bongkahan yang bernilai. Sementara untuk suplai oksigen, udara dalam lubang disedot menggunakan blower.

"Sebelum masuk, disedot pakai blower, jadi tetap bisa bernafas," jelasnya.

Sedangkan untuk konsumsi, makanan akan dikirimkan melalui kerekan dengan menggunakan sistem estafet.

"Jadi tiap 10 meter ada orangnya, istilahnya trap. Makanan dikirim dari atas dioper pakai kerekan tali," jelasnya

Baca Juga:Delapan Penambang Emas di Banyumas Masih Terjebak, Regu BSG Diterjunkan

Mata pencaharian yang sangat berisiko ini menjadi pilihan Nino. Ia menganggap, pekerjaan yang bertaruh nyawa ini menjadi jalan jihad.

"Ya termasuk jihad ibaratnya, bertaruh nyawa untuk menafkahi keluarga, sekolah anak," ujarnya.

sudah 10 tahun, Nino menjadi penambang emas. Sebelumnya, ia bekerja di Paningkaban selama 8 tahun.

"Cari pengalaman pindah sini. Awalnya di Paningkaban ada 8 tahun. Sama disini jadi 10 tahun," kata dia.
 
Sementara untuk penghasilan, penambang tak menyebutkan angkanya. Namun ia menyebut, dalam satu karung muatan 25 kilogram, hanya dapat sekitar 10 gram. Kemudian, hasil tersebut dikalikan harga emas lalu dibagi dengan kelompok.

Jumlah kelompok tiap menambang tidak pasti, mulai dari 3, 5 bahkan 10 orang. Jumlah tersebut tergantung tingkat kedalaman.

"Sendiri juga berani, tapi paling kedalaman 20 meter saja," kata dia.

Merebaknya aktivitas tambang saat ini, berawal ketika ditemukan emas di Sungai Tajur pada tahun 2014 silam. Sungai tersebut dekat dengan lokasi tambang yang saat ini menjadi TKP terjebaknya 8 penambang.

Sejak saat itu, banyak orang yang kemudian ikut mencari emas dengan membuat lubang tambang. Namun, tambang emas yang menjadi lahan berjuang para penambang akan segera ditutup lantaran ilegal.

Kontributor : Citra Ningsih

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak