SuaraJawaTengah.id - Baru dua hari setelah Peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober 2023 kemarin. Di Kota Semarang terdapat 4 kasus percobaan bunuh diri, dua diantaranya tidak bisa terselamatkan.
Dihimpun dari berbagai sumber, kasus percobaan bunuh diri yang pertama terjadi remaja kelas 2 SMA di sebuah perlintasan kereta api sebidang di Kota Lunpia pada Selasa (10/10) pukul 01.30 WIB dinihari.
Gadis perempuan seorang diri itu hendak menabrakkan diri ke kereta api yang akan melintas. Beruntung warga sekitar yang sudah mengamati berhasil menyelamatkan aksi percobaan bunuh diri tersebut.
Setelah berhasil ditenangkan, gadis perempuan itu mengaku psikisnya sedang dalam kondisi tidak karuan. Dia belum siap menghadapi kenyataan kalau kedua orang tuanya telah berpisah.
Baca Juga:5 Tips Jaga Kesehatan Mental Agar Hidup Tenang, Wajib Sering Healing?
Kasus percobaan bunuh diri kedua menimpa mahasiswi Univeristas Negeri Semarang (Unnes) yang hendak menyayat pisau ke tangannya gegara masalah asmara. Beruntungnya pacarnya itu bisa mencegah mahasiswi tersebut melakukan upaya percobaan bunuh diri.
Lalu kasus percobaan bunuh diri yang ketiga menimpa NWJ mahasiswi jurusan Biologi Unnes. Diketahui korban diduga bunuh diri dengan cara melompat dari atas Mall Paragon, pada Selasa (10/10) sore pukul 17.20 WIB. Motif perempuan yang tinggal di Kecamatan Ngaliyan itu memilih mengakhiri hidup masih misteri.
Terakhir, warga Kota Semarang kembali dikejutkan dengan kasus serupa. EN mahasiswi Unidus ditemukan tak bernyawa diduga bunuh diri di kosan daerah Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Rabu (11/10/2023) malam.
Copycat Suicide Jadi Pemicu
Psikolog Sri Aryanti Kristianingsih menyebut faktor penyebab seseorang bunuh diri karena bermasalah dengan kesehatan mental. Mereka sering kali tidak mampu menyelesaikan tekanan-tekanan yang berujung pada depresi.
Baca Juga:Akhir Hidup Mahasiswa Unnes, Copycat Suicide Bisa Jadi Pemicu
Sedangkan pemicu orang depresi bisa datang dari lingkungan terdekat seperti keluarga, teman, dan hubungan dengan pasangan.
"Kemampuan seseorang dalam mengatasi persoalan dan cara-cara dia melakukan penyelesaian sebenarnya sudah dibentuk dari lingkungan keluarga. Apakah keluarganya merupakan orang-orang yang mudah putus atau tidak," kata perempuan yang akrab disapa Sri saat ditemui Suara.com di Polsek Gajahmungkur, pada hari Kamis (12/10).
Pemberitaan besar-besaran terhadap kasus bunuh diri ternyata dikhawatirkan oleh Sri. Sebab bisa jadi pemicu Copycat Suicide yakni meniru perilaku bunuh diri setelah mengetahui adanya kabar bunuh diri oleh orang lain.
Dia juga tidak menampik belum matangnya sisi emosional usia-usia remaja. Turut berpengaruh bagaimana cara dia dalam menyikapi sebuah permasalahan.
"Orang bunuh diri itu nggak ujug-ujug. Ada niatan dan upaya-upaya sebelumnya. Informasi-informasi tentang kasus bunuh diri lalu dipaparkan secara detail justru semakin menumbuhkan dan menguatkan orang yang sedang depresi untuk melakukan hal yang sama," paparnya.
"Maka peran media cukup besar, mohon menyampaikan informasi bunuh diri itu secara bijak. Jangan sampai informasi yang disampaikan ditiru orang-orang yang punya resiko besar melakukan bunuh diri," tambahnya.