"Di ilmu psikologi ada perilaku meniru, jadi tolong jangan dieksploitasi," beber Novian.
Lelaki berkaca mata lalu mengungkapkan pencegahan kasus bunuh diri merupakan tanggungjawab semua pihak termasuk keluarga, lingkungan tempat tinggal, guru atau dosen, instansi pemeritah dan pihak-pihak lainnya.
"Misal di kalangan pendidik dia harus punya kompetisi konselor dan bisa melihat perubahan perilaku anak didiknya yang sedang punya masalah," ungkapnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Kombes Stefanus Satake Bayu Setianto, sangat bersimpati dengan kasus dugaan bunuh diri yang menimpa dua mahasiswi di Kota Semarang tersebut.
Baca Juga:5 Tips Jaga Kesehatan Mental Agar Hidup Tenang, Wajib Sering Healing?
Dia mengimbau pada masyarakat khususnya para netizen untuk tidak membesar-besarkan kasus bunuh diri di sosial media.
"Kita sering imbau kepada masyarakat yang melihat kejadian-kejadian yang cukup sadis atau apa itu jangan di viralkanlah. Karena itu bisa menimbulkan hal-hal yang kurang baik di masyarakat," ucap lelaki yang biasa disapa Bayu tersebut.
"Selain ada trauma keluarga, membesar-besar kasus bunuh diri juga takut dijadikan contoh dalam menyelesaikan masalah dengan jalan pintas," lanjutnya.
Selain itu, Bayu juga berpesan untuk masyarakat agar berpikir masak-masak sebelum memutuskan suatu hal. Jika sedang menghadapi permasalahan sebaiknya berkomunikasi dengan keluarga maupun orang terdekat.
"Bunuh diri tidak dibenarkan agama, kasian orang yang ditinggalkan. Kalau ada permasalahan mungkin disarankan bisa dikomunikasikan dengan keluarga," pungkasnya.
Baca Juga:Akhir Hidup Mahasiswa Unnes, Copycat Suicide Bisa Jadi Pemicu
Kontributor : Ikhsan