SuaraJawaTengah.id - Beberapa bulan belakangan ini hampir di setiap pinggiran jalan kita dengan mudah melihat gerai es teh jumbo yang harganya ramah di kantong.
Apalagi semenjak suhu udara di Kota Semarang yang semakin menyengat bikin banyak orang mencari sesuatu yang segar. Salah satunya minuman es teh jumbo.
Riva warga Ringin Sari, Kecamatan Ngaliyan dalam sehari bisa membeli 1-2 es teh jumbo. Alasan utama dia membeli es teh untuk sekedar menyegarkan badan.
"Semarang kan akhir-akhir ini panas banget ya. Misal habis perjalanan jauh biasaya saya langsung beli es teh," kata Riva saat ditemui di salah satu gerai es teh jumbo, Sabtu (28/10/2023).
Baca Juga:Penjual Es Teh di Jogja Raup Rezeki di Tengah Kemarau Panjang, Sehari Bisa Kantongi Rp1,2 Juta
Berbeda dengan Riva, Sabila Mutiara, sering membeli es teh jumbo lantaran dirinya hobi jajan. Bahkan dia sering kali berpindah-pindah gerai untuk menjajal citra rasanya.
"Teh Desa, Teh Kota, Teh Solo, itu gerai es teh jumbo favorit saya," imbuh Sabila.
Meski sering jajan, Sabila rupanya nggak setiap hari mengosumsi minuman es teh. Perempuan yang tinggal di Perumahan Wahyu Utomo Ngaliyan ini membatasi konsumsi gula.
"Aku udah peduli tentang gula, jadi setiap harinya itu aku sering menghitung udah banyak konsumsi gula apa nggak," ungkapnya.
Musim Kemarau Membawa Berkah
Baca Juga:Kisah Masjid Kyai Sholeh Darat: Saksi Paripurna Ulama-ulama Besar Belajar Mengaji
Musim kemarau yang cukup panjang dan faktor cuaca di Kota Semarang yang begitu panas ternyata membawa berkah bagi pemilik gerai es teh jumbo.
Meski menjual es teh jumbo seharga Rp2.500, Anin selaku pemilih gerai "Tealive" yang mejeng di Jalan Prof. Dr. Hamka Nomor 102 Ngaliyan mengaku masih meraup untung dari penjualan es teh.
Dalam sehari, rata-rata Anin bisa menjual 200-300 cup. Dari banyaknya jenis minuman varian teh, es teh originallah yang paling dibeli masyarakat.
"Tetap ada untungnya kok mas, nggak terlalu banyak. Tapi lumayanlah," tutur Anin.
Tak jauh dari gerai Anin, Oliv pemilik gerai "Thai Tea" bahkan sampai ikut-ikutan menjual es teh jumbo dengan harga Rp3.000. Awalnya Oliv hanya menjual minuman varian teh asal Thailand.
"Kalau usaha tidak mengikuti trend, kita akan tertinggal dong," ucap perempuan berusia 26 tahun tersebut.
Menurut Oliv, fenomena banyaknya gerai es teh jumbo di pinggir jalan berhasil mengalahkan keviralan gerai Mixue yang berhasil buka dimana-mana. Sehingga hal tersebut patut dibanggakan.
"Walau jarak antar gerai es teh jumbo deket-deket, tetap laku semua. Di Ngaliyan dalam waktu singkat sudah ada puluhan gerai es teh jumbo, tapi Mixue baru dua," katanya sembari tertawa.
Perempuan asal Pati ini mengaku tidak khawatir fenomena es teh jumbo berumur pendek. Sebab es teh banyak disukai masyarakat dan harganya pun relatif murah.
"Saya yakin nggak bakal seperti es kepal millo. Harganya lumayan juga kan, jadi orang-orang hanya sekedar nyoba aja," tandasnya.
Sama seperti Anin, es teh jumbo buatan Oliv dalam sehari laku 200-300 cup. Meski keuntungannya sangat tipis, bagi Oliv paling penting usahanya terus berjalan.
"Keuntungan setiap cup kalau dihitung-hitung cuman Rp500 perak. Harga gula hari ini juga belum turun, jadi untung ngepres banget," tandasnya.
Kontributor : Ikhsan