Sepulangnya dari nyantri pada Kiai Muhammad Faqih, Hamengkubuwono I mengundang mertuanya, Ki Derpo Yudho dari Laweyan, Solo, dan Kiai Muhammad Faqih ke istana untuk salat Jumat bersama dan melakukan pertemuan.
Pertemuan tersebut kemudian membuka tabir. Ki Derpo Yudho menjelaskan bahwa Kiai Muhammad Faqih ternyata juga menantunya. Ia menikahi putri sulung Ki Derpo Yudho. Artinya, Kiai Muhammad Faqih adalah kakak ipar Hamengkubuwono I.
Karena hal itu, Hamengkubuwono semakin hormat dan sayang kepada Kiai Muhammad Faqih. Nasihat Kiai Muhammad Faqih tempo hari kemudian diwujudkan oleh Hamengkubuwono dengan mengangkat patok-patok di berbagai wilayah kekuasaannya.
Setiap patok tersebut harus memiliki sebuah masjid yang kerap kali disebut Masjid Pathok Negoro. Sementara itu, Kiai Muhammad Faqih diberikan tanah perdikan di selatan desanya, Ketonggo, yakni berupa alas awar-awar.
Di situlah Kiai Muhammad Faqih kemudian mendirikan masjid yang diberi nama Wa Ana Karomah oleh Hamengkubuwono I dengan maksud agar selalu diliputi karomah. Namun, seiring berjalannya waktu, warga menyebutnya dengan Wonokromo, yang berada di kawasan Pleret Bantul.
Kontributor : Dinnatul Lailiyah