"Pas ramai-ramainya pengunjung tuh sampai rela antri. Yang pasti ramainya banget nggak bisa kehitung," tuturnya.
Tidak hanya menyediakan servis handphone. Gerainya waktu itu juga menyediakan berbagai layanan tambahan seperti jual beli lagu MP3, foto artis maupun beragam aplikasi.
Layanan tambahan itu lambat laun luntur mengingat perkembangan teknologi dan internet sangat pesat. Saat ini orang-orang sangat mudah memutar musik dari youtube maupun sportify.
"Kebanyakkan toko lain tutup terutama di bagian bawah mungkin karena udah nggak kuat bayar sewa," terangnya.
Baca Juga:Kendalikan Banjir di Kota Semarang, Mbak Ita Minta Bantuan ke Menteri PUPR
Kenny sendiri sudah merintis usahanya di Plasa Simpang Lima sejak 15 tahun silam. Setiap bulannya dia membayar sewa sebesar Rp5 juta.
Mengenang Masa Kejayaan
Pemerhati sejarah, Johanes Christiono mengatakan Plasa Simpang Lima diresmikan langsung Gunernur Jawa Tengah Ismail pada tahun 1990. Waktu itu Plasa Simpang Lima langsung jadi ikon di Kota Semarang.
"Dulu saya meliput peresmiannya. Warga berjubel ingin naik turun eskalator dan lift kapsul," ucap Johanes yang juga merupakan mantan wartawan.
Saking ramainya masyarakat yang berkunjung ke sana. Satpol PP pun sampai kerepotan dan sering kali mengingatkan petugas parkir untuk menata kendaraan agar tidak memakan jalan di kawasan tersebut.
"Mulut Jalan Ahmad Dahlan juga sering padat karena pengendara mencari parkir atau ingin lewat dan deretan sepeda motor parkir sampai memakan porsi jalan di tikungan bunderan Simpang Lima," kenangnya.