Jika memang dalam debat esok Gibran tak bisa mengontrol emosinya dan terlalu ekspresif, Arya menyebut hal itu dapat menjadi blunder bagi Gibran sendiri.
"Jika terlalu emosional performanya kemudian terlalu ekspresif yang kemudian tidak secara substansial menjawab atau menjelaskan tentang isu maupun topik yang diperdebatkan tentu publik bisa menilai Gibran terlalu prematur untuk menjadi calon wakil presiden," cetusnya.
Tekanan itu kini berada di pundak Gibran untuk membuktikan bahwa ia memang siap duduk di kursi cawapres. Mengingat Gibran sendiri masih minim dalam menjalankan jabatan publik.
"Bagaimana pun dia dijabatan publik baru setengah periode dan langsung lompat ke kontentasi nasional. Sementara calon-calon lain selain soal usia yang itu menjelaskan pengalamanan dia berhadapan dengan banyak orang, banyak elit, calon-calon lain praktis memang paling tidak sudah lebih dari 5 tahun dijabatan publik itu," pungkasnya.
Baca Juga:Lagi, Pasangan Prabowo-Gibran Unggul di Survei Ipsos: Elektabilitas Capai 42,66 Persen
Diketahui nama Gibran memang begitu melekat dengan putusan MK karena dianggap memberikan karpet merah baginya untuk menjadi cawapres. Apalagi, putusan soal batas usia capres-cawapres itu diketok oleh pamannya sendiri, Anwar Usman.