SuaraJawaTengah.id - Setiap bulan ramadan Masjid Agung Semarang atau lebih dikenal Masjid Kauman Semarang masih menjaga tradisi 'Semaan Al Quran'.
Salah satu masjid tertua di Kota Lunpia ini memiliki sejarah panjang. Sama halnya masjid-masjid kuno di Pulau Jawa. Masjid Kauman Semarang berada didekat pusat kota (alun-alun) dan pusat perdagangan (pasar johar) merupakan ciri khas tata ruang kota zaman Mataram Islam.
Pengurus Masjid Kauman Semarang, Muhaimin memaparkan rumah ibadah umat muslim itu telah berdiri sejak 13 November 1890. Bentuk bangunan yang memonjol berupa atap masjid khas Jawa yang berbentuk tajug tumpang (tingkat) tiga.
Bentuk atap tersebut ternyata memiliki filosofis mendalam. Tajug tumpang tiga merupakan representasi dari filosofi tingkatan manusia yakni Islam, Iman dan Ikhsan.
Dari arsip yang dia baca, Masjid Kauman Semarang sempat beberapa kali pindah lokasi. Salah satu penyebab ialah karena adanya peristiwa geger pecinan.
"Sudah empat kali masjid ini dirobohkan dan dibangun ulang. Pertama di daerah Mugas, kedua di Bubakan, ketiga dibangun disini. Sempat kebakar lagi, lalu lagi yang keempat kalinya," kata Muhaimin saat ditemui Suara.com, Sabtu (23/3/24).
Didesain Arsitektur Belanda
Setelah melalui berbagai peristiwa panjang, Masjid Kauman Semarang kini berdiri kokoh di Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah.
Mungkin banyak yang belum tau kalau orang yang mendesain bangun Masjid Agung Kauman bukan orang pribumi. Melainkan orang Belanda bernama Ir. G. A. Gambier.
Baca Juga:BRI Regional Office Semarang Bagikan 1.500 Paket Sembako ke Masyarakat
Salah satu material yang masih kokoh sampai sekarang yakni seng yang digunakan penutup atap masjid. Dulu kata Muhaimin seng merupakan material yang dianggap istimewa.
- 1
- 2