"Produk saya sempat dikuarasi oleh Bank Indonesia, layak ekspor, tapi ada saran untuk membenahi motifnya. Karena yang sering kita buat kan motif klasik," tambahnya.
Lin pun menyampaikan dalam membangun usahanya itu, ia memiliki visi dan misi yaitu mengangkat batik semarang yang sebenarnya.
"Banyak yang salah kaprah, orang tahu motifnya hanya lawang sewu dan tugu muda. Padahal batik semarang itu ya flora fauna, bebas, dan ada nilai-nilai filosofinya," ucapnya.
Ia pun yakin, jika mempertahankan filosofi dari nenek moyangnya itu batik semarang akan bisa tembus pasar ekspor.
Baca Juga:Ajak UMKM Binaan BRI Naik Kelas, Rumah BUMN Semarang Gelar Pelatihan Bikin Vlog
"Kita berupaya untuk bisa go global, bisa ekspor," ucapnya.
Lin menyebut usahanya yang ia rintis itu tidak lepas dari peran Bank Rakyat Indonesia atau BRI. Dari pelatihan hingga modal usaha didapat dari BRI.
"BRI tidak hanya pendampingan pameran ya, tapi juga dari pelatihan untuk bermedia sosial, meningkatkan kualitas produk, sampai ditemukan calon eksportir langsung dari luar negari. Selain itu KUR juga pernah ambil untuk modal usaha," ujarnya.
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.
Baca Juga:Rumah BUMN BRI Semarang Fasilitasi UMKM Jualan Hampers Lebaran
Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.
Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Semarang tersebut.