Gejala Penyakit DBD Berubah di Tubuh Penyintas COVID-19, Ini Penjelasan Kemenkes

Virus dari gigitan nyamuk atau DBD itu rupanya memberikan gejala berbeda ke seseorang yang pernah terpapar COVID-19, benarkah demikian?

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 03 Mei 2024 | 13:53 WIB
Gejala Penyakit DBD Berubah di Tubuh Penyintas COVID-19, Ini Penjelasan Kemenkes
Ilustrasi penyakit dbd. (Pixabay/wikiImages)

SuaraJawaTengah.id - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) marak terjadi di Indonesia beberapa bulan terakhir. Virus dari gigitan nyamuk itu rupanya memberikan gejala berbeda ke seseorang yang pernah terpapar COVID-19

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi adanya sejumlah perubahan gejala penyakit DBD pada tubuh seseorang yang pernah terjangkit COVID-19 karena pengaruh reaksi imunologi.  

"Memang ada beberapa laporan yang menunjukkan ada perubahan gejala DBD setelah pandemi COVID-19. Hal ini memang terkait perubahan reaksi imunologi yang terjadi pada tubuh seseorang yang pernah terinfeksi COVID-19," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi dikutip dari ANTARA pada Jumat (3/5/2024).  

Menurut Imran Kemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung, Jawa Barat.

Baca Juga:Sebanyak 39 Orang Terpapar, Kasus COVID-19 di Jawa Tengah Dinilai Masih Terkendali

Dinas kesehatan setempat mendeteksi tanda-tanda DBD yang tidak biasa dikenali pada pasien, seperti tidak ada gejala bintik merah dan mimisan yang selama ini menjadi pertanda serius di kalangan penderita DBD.  

Imran menyebut bintik merah dan mimisan usai digigit nyamuk Aedes aegypti sebagai gejala klasik yang tidak selalu muncul pada penderita DBD di era endemi sekarang.  

Pada kasus demam berdarah, bintik merah biasanya timbul pada hari ketiga dan berlangsung selama dua hingga tiga hari berikutnya. Bintik akan berkurang pada hari keempat dan kelima, lalu hilang pada hari keenam.

"Gejala tanda merah di kulit dan mimisan adalah gejala klasik yang timbul saat trombosit kurang dari 100.000 per mikrolter," katanya.

Gejala terbaru lainnya yang juga menandai DBD, kata Imran, adalah demam yang tak kunjung mereda, dari sebelumnya berkisar empat hingga 10 hari setelah gigitan nyamuk.

Baca Juga:Belum Ada Pembatasan Meski Kasus Covid-19 Meningkat, Gibran Rakabuming Raka: Hati-hati Saja yang Penting Waspada

Dikatakan Imran alat diagnostik DBD di Indonesia saat ini relatif lebih maju dalam mendeteksi secara akurat DBD, salah satunya menggunakan rapid antigen (NS1).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini