"Warga meminta pemerintah tidak mengevakuasi kerangka para pahlawan agar sebagai penanda bahwa Kampung Bugen punya kisah perlawan terhadap Belanda," tuturnya.
Di makam tersebut Ponidi menunjukkan batu nisan yang bertuliskan “Di sini Dimakamkan Sebagian Pejuang Kemerdekaan Indonesia Yang Gugur Di Tahun 1946."
Kisah yang Nyaris Tenggelam
Kisah Perjuangan Para Pahlawan di Kampung Bugen Semarang jarang dikenal oleh masyarakat luas. Sedikit sekali sumber tertulis yang bisa dijadikan rujukan.
Baca Juga:Dari Semarang untuk Indonesia! MilkLife Soccer Challenge Lahirkan Bibit Atlet Masa Depan
Satu-satunya naskah akademik yang ada adalah Laporan Penelitian yang dikeluarkan Unika Soegijapranata Semarang pada 2021 berjudul "Pembentukan Ingatan tentang Dekolonialisasi 1946: Jalan, Rumah, dan Makam Syuhada di kampung Bugen, Semarang. Penelitian tersebut dilakukan oleh Hotmauli Sidabalok, P. Danardono, A. Ryan Sanjaya, dan Adrianus Bintang Hanto N.
Mungkin karena hal tersebut, Rumah Haji Mustofa dan Makam Syuhada di Kampung Bugen, yang menjadi saksi bisu pertempuran, tak kunjung ditetapkan sebagai cagar budaya.
Padahal, Ponidi dan warga Bugen sangat mengharapkan hal tersebut. Alasannya masuk akal. Kedua tempat tersebut mengandung nilai sejarah yang penting bagi bangsa Indosesia. Selain itu, Kampung Bugen juga sering kebanjiran sehingga butuh perawatan.
"Jika masuk cagar budaya akan ada bantuan dari pemerintah. Selama ini kami hanya mengandalkan iuran warga," ungkap Ponidi.
Kontributor : Sigit Aulia Firdaus
Baca Juga:Driver Online Semarang Berharap Wali Kota Baru Berpihak pada Rakyat Kecil