Mengetuk Hati Pemerintah

Dukuh Timbulsloko kini dikenal sebagai Kampung Atas Air. Abrasi telah mengubah identitas tempat, cara hidup, dan menghilangkan penghidupan warga setempat. Bencana itu telah berlangsung sejak tahun 2000-an.
Warga Timbulsloko Nur Hamid (40) mengatakan upacara di atas rob ini dilaksanakan untuk mengetuk hati pemerintah. Dia menceritakan sudah 15 tahun terakhir rob masuk perkampungan, setelah sebelumnya menggerogoti tambak dan sawah.
Menurutnya, perhatian pemerintah masih minim karena kejadian ini hanya dianggap sebagai banjir rob biasa, bukan bencana abrasi.
Baca Juga:Waspada! Jawa Tengah Berpotensi Dilanda Angin Kencang, Ini Penjelasan BMKG
"Acara ini untuk mengetuk hati pemerintah. Sudah 15 tahun warga hidup dalam kepungan air laut karena abrasi," katanya saat ditemuai SuaraJawaTengah.id seusai upacara, Sabtu (17/08/2024).
Dari 400 kepala keluarga (KK) di kampung itu, saat ini yang bertahan hanya 110 KK. Warga yang masih di sana memodifikasi tempat tinggalnya menjadi rumah panggung. Imbasnya, bangunan menjadi lebih pendek.
Rute terdekat menuju kampung ini adalah melalui tanggul padas sepanjang 1 km yang menghubungkan Dukuh Dempet-Timbulsloko.
Jalur itu hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, tetapi kondisinya memprihatinkan. Sebagian jalan tingginya hampir sejajar dengan air laut sehingga seringkali tak bisa dilewati jika rob meninggi.
Warga akhirnya menggunakan mode transportasi perahu nelayan dengan biaya yang lebih mahal.
Baca Juga:Sentilan Sekda Jateng: Pejabat Pemerintah Jangan Antikritik!
Kami Masih Warga Indonesia