Mantan Ketua Timaru M. Adnan membenarkan sebelumnya bersama beberapa pejabat kampus Undip ada pertemuan dengan Densus 88.
“Sudah saya pertemukan dengan ketuanya (yang menangani) yang baru sekarang, cuma namanya saya dengar sekarang berubah nggak Timaru lagi, nah itu yang agak mengaburkan, itu yang saya sayangkan,” kata M. Adnan saat ditemui di Kampus FISIP Undip, Tembalang Kota Semarang, Senin siang.
Tim Undip yang baru itu, sebut Adnan, tidak hanya mengurusi radikal teror, namun juga beberapa hal lain di antaranya soal narkoba.
“Itu yang nggak fokus. Kalau ada 3 masalah yang dihadapi ya bikin 3 wadah. Yang kompeten, untuk tangani masing-masing, kalau 3 persoalan digabung ditangani 1 orang padahal keahliannya di satu bidang, nggak fokus. Saya udah sarankan agar ini dikembalikan ke wadah yang lebih fokus. Nanti Mas Indra (Densus) bisa action, kerjasamanya bisa di situ,” lanjut M. Adnan
Baca Juga:Mahasiswi FK Diduga Lakukan Bunuh Diri, UNDIP Bantah Ada Perundungan
Sementara itu, di Kampus FISIP Undip Tembalang pada Senin pagi digelar bedah buku dan seminar bertajuk “Radikalisme – Terorisme: Problem Kekerasan Berbasis Agama dan Sketsa Kelompok Garis Keras di Dunia”. Buku yang dibedah karya M. Adnan berjudul “Kekerasan Berbasis Agama” dan Radikalisme dan Terorisme: Sketsa Kelompok-Kelompok Garis Keras di Dunia”.
Wakil Kepala Badan Intelijen Negara tahun 2000 – 2011 K.H. As’ad Said Ali jadi salah satu pembicaranya, selain M. Adnan dan Prof. Mudjahirin Thohir.
As’ad Ali mengemukakan ada beberapa kampus, tak terkecuali Undip punya benang merah dan history dengan kelompok radikalisme. Dia mencontohkan Parawijayanto alumni Undip yang kemudian menjadi pimpinan tertinggi kelompok Jamaah Islamiyah (JI). Para, kini dipenjara setelah ditangkap Densus 88.
“Gerakan kampus sudah nggak kayak dulu lagi (perubahan pola rekrutmen), dulu ABB (Abu Bakar Baasyir) membuat kelompok-kelompok studi, sekarang udah nggak kan. Saya katakan menurun, tapi tetap waspada. Media sosial, seperti FB (Facebook) YouTube, Alqaeda masih punya, ISIS masih punya, itu diikuti oleh anggotanya di sini kan,” tandas Asad Ali yang merupakan Wakil Ketua BIN Periode Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Sukarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu.
Baca Juga:Mahasiswi Undip Diduga Bunuh Diri, Kemenkes Hentikan Program Studi Anestesi!