SuaraJawaTengah.id - Dalam pertemuan dengan bakal calon Wali Kota Semarang 2024, AS Sukawijaya alias Yoyok Sukawi, berbagai masalah yang dihadapi kaum perempuan, terutama ibu rumah tangga, menjadi sorotan.
Di antara berbagai isu yang disampaikan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi salah satu keluhan paling serius yang diungkapkan oleh para emak-emak.
Dalam sesi dialog yang digelar para ibu rumah tangga menyampaikan keresahan mereka terhadap maraknya kasus KDRT di lingkungan mereka.
Candra Dewi, warga Semarang Timur, salah satu peserta diskusi, menegaskan bahwa kekerasan dalam rumah tangga masih menjadi masalah yang belum teratasi dengan baik.
Baca Juga:Gerindra Merapat, Koalisi Pendukung Yoyok Sukawi di Pilkada Kota Semarang Makin Gemuk
"Kasus KDRT di wilayah kami itu masih banyak terjadi, dan belum ada langkah yang jelas dari pemerintah untuk menanganinya. Kami harap kalau Pak Yoyok jadi wali kota, masalah ini bisa menjadi perhatian khusus," ungkap Candra dengan nada penuh harap pada Jumat (13/9/2024).
Perempuan-perempuan lainnya pun turut menyampaikan keresahan serupa. Mereka merasa bahwa kasus KDRT sering kali tidak mendapatkan perhatian yang serius dari pihak berwenang, dan dukungan bagi korban sangat minim.
Hal ini memperparah situasi, terutama bagi mereka yang merasa terjebak dalam hubungan rumah tangga yang penuh kekerasan namun tidak memiliki jalan keluar.
Selain masalah KDRT, para emak-emak juga membahas isu-isu lain seperti stunting, keamanan lingkungan, dan pendidikan anak usia dini. Namun, kasus KDRT tetap menjadi topik utama yang mereka harapkan bisa diselesaikan dengan tindakan nyata.
Menanggapi curahan hati para ibu tersebut, Yoyok Sukawi memastikan bahwa masalah KDRT akan masuk dalam program kerjanya jika ia terpilih sebagai Wali Kota Semarang.
Baca Juga:Kuatkan KIM Plus, Gerindra Akhirnya Dukung Yoyok Sukawi di Pilwalkot Semarang 2024
Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah daerah dan aparat penegak hukum dalam menangani kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga.
"Kami akan berupaya mengatasi masalah KDRT ini dengan lebih serius. Selain penegakan hukum, edukasi tentang pendidikan keluarga juga harus diperkuat agar kekerasan seperti ini bisa diminimalisir. Kami menerima aspirasi ibu-ibu semua dan itu akan menjadi masukan penting dalam menyusun program kerja," tegas Yoyok.
Ia juga menambahkan bahwa masalah kesejahteraan sosial, termasuk perlindungan terhadap korban KDRT, akan menjadi bagian dari delapan program unggulannya yang bertajuk 'hasta karya'.
Dengan komitmen ini, para ibu rumah tangga di Semarang berharap bahwa isu-isu yang mereka hadapi sehari-hari, terutama kekerasan dalam rumah tangga, dapat segera ditangani dengan serius dan mendapatkan perhatian yang layak dari pemerintah daerah di masa depan.
Perlu diketahui, berdasarkan data dari DP3A Kota Semarang, jumlah kasus kekerasan di Kota Semarang dari 1 Januari hingga 11 September 2024 adalah 191 kasus. Dari jumlah tersebut, 177 kasus korbannya adalah perempuan, sedangkan sisanya adalah korban laki-laki.