5 Fakta Lagu Genjer-Genjer, Tembang Rakyat yang Terperangkap Pusaran Sejarah G30S/PKI

Lagu "Genjer-Genjer" adalah tembang rakyat Banyuwangi yang memiliki sejarah panjang dan kompleks

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 25 September 2024 | 15:13 WIB
5 Fakta Lagu Genjer-Genjer, Tembang Rakyat yang Terperangkap Pusaran Sejarah G30S/PKI
Ilustrasi musik atau piringan hitam. [Unsplash/Lee Campbell]

SuaraJawaTengah.id - Lagu "Genjer-Genjer" adalah tembang rakyat Banyuwangi yang memiliki sejarah panjang dan kompleks. Terkenal karena kerap dinyanyikan pada era 1960-an, lagu ini kemudian lekat dengan stigma negatif akibat dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) pasca Peristiwa G30S/PKI.

Namun, di balik kontroversinya, "Genjer-Genjer" menyimpan sejumlah fakta menarik yang patut diketahui. Berikut 5 fakta tentang lagu "Genjer-Genjer":

1. Berawal dari Kidung Kehidupan Masyarakat Miskin

"Genjer-Genjer" diciptakan oleh seniman Banyuwangi bernama Muhammad Arief pada tahun 1942. Liriknya menggambarkan kehidupan masyarakat miskin di Banyuwangi yang mengonsumsi tanaman genjer (Limnocharis flava) sebagai makanan pokok di masa penjajahan Jepang. Lagu ini awalnya merupakan ungkapan keprihatinan dan semangat bertahan hidup di tengah kesulitan.

Baca Juga:Mengingat Kembali Tregedi Berdarah G30SPKI di Jawa Tengah, Ribuan Orang Dibunuh Karena Dianggap Berkhianat

2. Populer di Kalangan Gerwani

Pada era 1960-an, "Genjer-Genjer" menjadi populer di kalangan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), organisasi sayap PKI. Lagu ini sering dinyanyikan dalam kegiatan-kegiatan Gerwani, sehingga kemudian dianggap sebagai salah satu lagu kebangsaan PKI.

3. Dilarang Pasca Peristiwa G30S/PKI

Setelah Peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, pemerintah Orde Baru melarang penyebaran dan penayangan lagu "Genjer-Genjer". Lagu ini dianggap sebagai simbol PKI dan komunisme, sehingga kepemilikan dan penyanyiannya dapat dikenai sanksi.

4. Tetap Lestari di Banyuwangi

Baca Juga:Mengharukan! Cerita Gus Baha Pernah Islamkan Orang-orang PKI

Meskipun dilarang di tingkat nasional, lagu "Genjer-Genjer" tetap lestari di Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi masih menyanyikan lagu ini dalam berbagai kesempatan, seperti acara adat dan pertunjukan seni. Bagi mereka, "Genjer-Genjer" adalah bagian dari budaya lokal yang tidak terkait dengan ideologi politik apapun.

5. Diangkat Kembali dalam Karya Seni

Dalam beberapa tahun terakhir, lagu "Genjer-Genjer" mulai diangkat kembali dalam berbagai karya seni, seperti film, teater, dan musik. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk mereinterpretasi dan melepaskan stigma negatif yang melekat pada lagu ini.

Lagu "Genjer-Genjer" adalah contoh bagaimana sebuah karya seni dapat terperangkap dalam pusaran sejarah dan politik. Meskipun pernah dianggap sebagai simbol PKI, lagu ini sebenarnya merupakan tembang rakyat yang mencerminkan kehidupan masyarakat miskin di masa lalu. Penting bagi kita untuk memahami konteks sejarah dan melepaskan stigma negatif agar dapat menghargai nilai seni dan budaya dari lagu "Genjer-Genjer".

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak