SuaraJawaTengah.id - Semarang tengah mencatat sejarah baru dalam bidang pertanian dengan siap panennya padi varietas biosalin, hasil kolaborasi antara Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Pemerintah Kota Semarang.
Varietas padi ini dirancang khusus untuk bertahan di lahan pesisir yang memiliki kadar garam tinggi, menjadikannya solusi potensial bagi tantangan pertanian di kawasan pesisir.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, yang akrab disapa Mbak Ita, meninjau perkembangan padi biosalin di Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu. Lahan satu hektar yang ditanami padi biosalin ini menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Menurut Mbak Ita, hasil panen yang akan dilaksanakan pada 25 Oktober ini akan menjadi benih yang dapat didistribusikan ke berbagai daerah pesisir, termasuk Jepara dan Batang, bekerja sama dengan Universitas Diponegoro.
Baca Juga:Maraknya Kenakalan Remaja di Semarang, Wali Kota Serukan Edukasi dan Pengawasan Ketat
"Padi biosalin ini memiliki potensi hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan varietas inpari 32. Jika inpari 32 hanya menghasilkan 3 ton per hektar, biosalin bisa mencapai 6-7 ton per hektar," jelas Mbak Ita pada Pada Rabu (16/10/2024),
Sistem penanaman padi biosalin sendiri dilakukan melalui dua metode, yakni penyemaian sebelum ditanam dan tanam benih langsung (tabela). Mbak Ita menekankan bahwa panen kali ini bukan hanya bertujuan untuk konsumsi, tetapi juga untuk produksi benih yang bisa dijual, memberikan nilai tambah bagi petani lokal.
Kolaborasi untuk Inovasi Pertanian Berkelanjutan
Keberhasilan ini merupakan hasil dari kerja sama antara berbagai pihak, termasuk BRIN, Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, serta Kelompok Tani Sumber Rejeki di Mangunharjo. Universitas Diponegoro juga akan memperluas uji coba varietas biosalin ini di lahan pertanian payau di Jepara dan Batang.
Selain itu, Pemerintah Kota Semarang berkomitmen untuk memastikan ketersediaan peralatan dan infrastruktur yang mendukung produktivitas pertanian.
Baca Juga:Pengundian Nomor Urut Calon Wali Kota Semarang 2024: Agustina-Iswar Nomor 1, Yoyok-Joko Nomor 2
Mbak Ita menyatakan bahwa upaya pengadaan alat dan mesin pertanian (alsintan) seperti cultivator sedang berlangsung, serta rencana pembangunan embung dengan geomembran untuk memastikan ketersediaan air bagi lahan pesisir.
"Kami juga akan menggandeng CSR perusahaan untuk membantu pembiayaan peralatan pertanian dan memastikan petani tidak terbebani biaya bahan bakar, karena kami menggunakan bahan bakar dari petrasol, hasil olahan sampah plastik," tambahnya.
Peningkatan Kesejahteraan Petani Pesisir
Keberhasilan padi biosalin tidak hanya menjadi inovasi teknis, tetapi juga membawa dampak sosial yang besar. Mbak Ita berharap, keberhasilan ini akan mendorong peningkatan kesejahteraan petani pesisir, yang selama ini kerap menghadapi tantangan akibat kondisi tanah yang kurang ideal.
"Jika petani di lahan pesisir bisa sejahtera seperti petani di kawasan yang airnya normal, maka ini akan menjadi lompatan besar dalam ketahanan pangan kita," ujarnya optimis.
Dengan hasil panen yang lebih tinggi dan perawatan yang tidak jauh berbeda dari varietas padi lain, padi biosalin menjadi solusi yang menjanjikan untuk menjawab tantangan pertanian di kawasan pesisir Indonesia.
Semarang kini berada di garis depan inovasi pertanian ini, dan langkah berikutnya adalah memperluas dampaknya ke seluruh wilayah pesisir lainnya.