Harga Pangan dan Emas Picu Kenaikan Inflasi di Jawa Tengah

Inflasi Jawa Tengah mengalami kenaikan pada November 2024, ini penjelasannya

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 05 Desember 2024 | 18:39 WIB
Harga Pangan dan Emas Picu Kenaikan Inflasi di Jawa Tengah
Ilustrasi emas (freepik)

SuaraJawaTengah.id - Inflasi Jawa Tengah mengalami kenaikan pada November 2024. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), inflasi bulan tersebut tercatat sebesar 0,26% (mtm), naik dibandingkan Oktober yang hanya 0,19% (mtm).

Meski meningkat, angka ini masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 0,30% (mtm). Secara tahunan, inflasi Jawa Tengah berada di angka 1,33% (yoy), juga lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,55% (yoy).

Deputi Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Ndari Surjaningsih, menjelaskan bahwa kenaikan inflasi di wilayah ini terutama disebabkan oleh naiknya harga pangan dan emas.

"Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya menjadi kontributor utama kenaikan inflasi," jelasnya dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis (5/12/2024).

Baca Juga:Misteri Tewasnya Siswa SMK di Semarang: Polisi Bongkar Makam untuk Ungkap Fakta!

Kenaikan harga pangan, termasuk bawang merah, minyak goreng, tomat, dan daging ayam ras, menjadi faktor utama dari Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau.

Kenaikan harga bawang merah terjadi karena periode panen yang telah berakhir di sentra produksi seperti Demak, Brebes, dan Nganjuk, yang kini tengah memasuki masa tanam. Panen bawang merah diperkirakan kembali berlangsung pada pertengahan Desember.

Kenaikan harga minyak goreng juga memicu inflasi, dipengaruhi oleh pemberlakuan Permendag No 18/2024 yang menaikkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng dari Rp14.000 menjadi Rp15.700 per liter sejak 14 Agustus 2024.

Selain itu, harga kelapa sawit yang meningkat akibat penurunan produksi tandan buah segar (TBS) turut memperparah situasi. Curah hujan yang rendah di sejumlah wilayah penghasil sawit seperti Sumatera dan Kalimantan menyebabkan produksi turun hingga 5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, kenaikan harga emas perhiasan yang dipicu oleh lonjakan harga emas dunia juga turut menambah tekanan inflasi dari Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya. Lonjakan harga emas dunia disebabkan oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina, serta ekspektasi perlambatan penurunan suku bunga The Fed.

Baca Juga:Kemenangan Luthfi-Yasin di Pilgub Jateng: Analisis Faktor Dominan dan Dinamika Politik ke Depan

Namun, inflasi lebih tinggi berhasil tertahan oleh deflasi di Kelompok Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan, terutama akibat penurunan harga telepon seluler.

Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah terus berupaya menjaga stabilitas harga melalui kerangka kerja 4K (Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, Ketersediaan Pasokan, dan Komunikasi Efektif). Strategi ini diharapkan dapat mengelola inflasi agar tetap berada dalam rentang sasaran 2,5%±1%.

"Dengan sinergi yang intensif, kami optimistis inflasi di Jawa Tengah dapat dikelola dengan baik," tutup Ndari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini