3. Teruskan puasa setelah Ramadan
Puasa Syawal adalah momen transisi yang tepat. Ini bukan hanya soal pahala, tapi cara melatih tubuh dan pikiran agar tetap dalam mode ibadah. Puasa juga membantu menjaga kesadaran spiritual dalam keseharian, apalagi di tengah euforia pasca-Lebaran yang cenderung konsumtif.
4. Ubah cara pandang tentang ibadah
Banyak orang menganggap ibadah itu beban, tugas, atau sekadar kewajiban. Padahal, ibadah bisa menjadi sumber ketenangan dan energi jika dipandang sebagai bentuk koneksi dengan sesuatu yang lebih besar dari diri kita.
Baca Juga:Warteg Gratis Ramadan 2025: Bukan Sekadar Berbagi, Tapi Juga Memberdayakan UMKM
Ketika kamu mulai melihat ibadah sebagai kebutuhan jiwa, bukan sekadar tugas harian, kamu akan lebih ringan menjalaninya.
5. Mulai dari yang paling mudah dan kecil
Kita sering ingin langsung mempertahankan semua ibadah Ramadhan—shalat malam, sedekah rutin, tilawah satu juz—tapi lupa bahwa konsistensi butuh adaptasi. Mulailah dari satu kebiasaan kecil: misalnya, dzikir pagi selama lima menit atau membaca satu ayat per hari. Dari sana, bangun bertahap. Konsistensi lebih penting daripada banyaknya.
6. Cari teman yang juga ingin istiqamah
Kamu tidak bisa berjalan sendiri terus-menerus. Setelah Ramadhan, carilah satu atau dua teman yang juga ingin menjaga ibadahnya. Bisa lewat grup kajian, komunitas kecil, atau sekadar teman chat yang saling ingatkan waktu shalat. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan kebiasaan baik.
Baca Juga:Berkah Ramadan: Bank Mandiri Bagikan Ribuan Paket untuk Yatim, Dhuafa dan Lansia
7. Batasi gangguan kecil yang menjauhkanmu dari ibadah