Jawa Tengah, Ruang Spiritualitas dan Toleransi: Sambutan Hangat untuk Bhikkhu Thudong dari Thailand

Bhikkhu Thudong dari Thailand disambut hangat di Jawa Tengah dalam perjalanan spiritual ke Borobudur. Gubernur tekankan toleransi & dukungan masyarakat lintas iman

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 07 Mei 2025 | 13:45 WIB
Jawa Tengah, Ruang Spiritualitas dan Toleransi: Sambutan Hangat untuk Bhikkhu Thudong dari Thailand
Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi saat bertemu dengan Bhikkhu Thudong dari Thailand di Komplek Kantor Gubernur pada Rabu (7/5/2025). [Dok Humas]

SuaraJawaTengah.id - Suasana damai dan penuh penghormatan menyelimuti halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah pada Rabu, 7 Mei 2025. Hari itu, puluhan Bhikkhu Thudong dari Thailand yang tengah menempuh perjalanan spiritual ribuan kilometer menuju Candi Borobudur dalam rangka Hari Raya Waisak 2569 BE/2025 M, tiba di Kota Semarang.

Kedatangan mereka tidak sekadar menjadi simbol dari sebuah prosesi keagamaan. Lebih dari itu, Jawa Tengah menampilkan wajahnya yang ramah dan inklusif terhadap perbedaan.

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi bersama Wakil Gubernur Taj Yasin menyambut para Bhikkhu dengan penuh kehangatan, menjadikan momen ini sebagai perayaan toleransi yang hidup dalam praktik nyata.

“Hari ini saya atas nama Gubernur Jawa Tengah dan seluruh masyarakat Jawa Tengah mengucapkan selamat datang kepada rombongan Bhikkhu dari Thailand,” ujar Luthfi di hadapan para tamu spiritual itu.

Baca Juga:Hardiknas 2025, Gubernur Ahmad Luthfi Kembalikan Harapan Baru Bagi Ribuan Anak Putus Sekolah

Kalimat sederhana itu menjadi bukti bahwa Jawa Tengah bukan hanya titik geografis dalam perjalanan Thudong, tetapi juga rumah yang menyambut siapa pun dengan damai.

Thudong, sebuah tradisi jalan kaki para Bhikkhu yang dilakukan sebagai bentuk latihan spiritual dan ziarah, adalah ritual suci umat Buddha menjelang Hari Raya Waisak. Perjalanan mereka bermula dari Thailand dan akan mencapai puncaknya di pelataran Candi Borobudur pada 12 Mei 2025 mendatang.

Namun perjalanan ini tidak semata-mata bersifat keagamaan. Sebagaimana disampaikan Luthfi, Thudong menjadi momen penting untuk memperlihatkan wujud nyata dari keberagaman yang saling mendukung. “Provinsi Jawa Tengah tidak hanya mendukung, tetapi juga mengawal kegiatan dan prosesi yang dilakukan,” tuturnya.

Lebih jauh, ia menyoroti nilai persaudaraan lintas iman yang tampak dalam pengawalan para Bhikkhu oleh berbagai unsur masyarakat, termasuk umat Islam dan Nasrani.

Bahkan, keterlibatan Keraton Kasepuhan Cirebon – sebuah kerajaan Islam – dalam pengawalan Bhikkhu Thudong menegaskan bahwa nilai-nilai spiritualitas dan kebudayaan bisa berjalan beriringan.

Baca Juga:Monolog Paramita: Kisah Ontosoroh Modern dari Panggung Teater untuk Indonesia Masa Kini

“Inilah bentuk keragaman dari kegiatan ini yang harus kita tumbuh kembangkan di wilayah Jawa Tengah, sebagai unsur toleransi umat beragama yang kental di wilayah kita,” tambah Luthfi.

Pernyataan tersebut menjadi pengingat bahwa toleransi bukan hanya sebuah konsep yang diajarkan, tapi harus dihidupkan melalui tindakan nyata di ruang publik dan institusi pemerintahan.

Ahmad Luthfi sendiri bukan sosok asing dalam pertemuan dengan para Bhikkhu Thudong. Jauh sebelum menjabat sebagai Gubernur, ia telah beberapa kali menyambut mereka saat masih bertugas sebagai Kapolda Jawa Tengah.

“Kalau jadi Gubernur kan baru. Tapi waktu saya jadi Kapolda sudah beberapa kali menerima Bhikkhu Thudong. Kalau tidak salah sudah empat kali. Bahkan saya ikut mengawal waktu itu,” kenangnya.

Dalam kesempatan itu, Ketua Umum Internasional Thudong, Welly Widadi, menyampaikan apresiasinya atas sambutan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Ia menyebut bahwa kegiatan Thudong tidak hanya merupakan bagian dari ibadah, tetapi juga membawa misi damai bagi seluruh umat manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak