Melihat efektivitas dan efisiensi pengelolaan TPST Desa Penggarit, Luthfi pun menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah desa dan kabupaten.
Ia menilai, inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa pembangunan desa tidak selalu harus menunggu intervensi dari pemerintah pusat atau provinsi, melainkan bisa dimulai dari level lokal.
"Saya mengapresiasi bupati dan kepala desa yang sudah menginisiasi tempat pengolahan sampah berbasis desa ini," ujar Luthfi.
Kunjungan gubernur ke Desa Penggarit tidak hanya berfokus pada pengolahan sampah.
Baca Juga:Transparansi dan Akuntabilitas Jadi Kunci: Pemprov Jateng Cetak Rekor WTP 14 Kali Berturut-turut
Luthfi juga melihat langsung potensi-potensi lokal lainnya yang dikembangkan oleh masyarakat, seperti koperasi desa dan pengembangan wisata serta pertanian berbasis masyarakat.
Salah satu yang ditinjau adalah praktik Koperasi Desa Putih yang telah berjalan dan dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan warga.
Langkah Desa Penggarit menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik bisa berjalan beriringan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Jika konsep ini terus diperkuat dan diperluas, maka bukan tidak mungkin pengelolaan sampah tidak hanya menjadi beban, tetapi justru menjadi peluang ekonomi baru bagi desa-desa di Jawa Tengah.
Dengan semangat kolaborasi dan partisipasi masyarakat, program pengelolaan sampah berbasis desa bisa menjadi solusi nyata terhadap persoalan lingkungan sekaligus memberdayakan masyarakat desa secara mandiri dan berkelanjutan.
Baca Juga:Tak Bakal Dikejar DC! Tips Kredit Aman dan Nyaman di ACC: Waspada, Cermat, dan Bertanggung Jawab