Musim Berburu Siswa Baru: Apa Kabar Sekolah Negeri?

Sekolah di Magelang bersaing ketat dapatkan murid baru. SD swasta lebih diminati karena fasilitas & program unggulan. Kuota SD negeri banyak tak terpenuhi.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 08 Juli 2025 | 16:56 WIB
Musim Berburu Siswa Baru: Apa Kabar Sekolah Negeri?
Kegiatan belajar di MI Ma’arif Dukun, Kecamatan Dukun, Magelang menggunakan teknologi multi media. (Dok. MI Ma’arif Dukun).

SuaraJawaTengah.id - Memasuki tahun ajaran baru, sekolah-sekolah bersaing mendapatkan murid. Muncul kecenderungan sekolah swasta lebih banyak peminat dibanding sekolah negeri.

Pertumbuhan jumlah sekolah dasar yang tidak sebanding dengan jumlah angkatan usia sekolah, menyebabkan kuota siswa baru tidak terpenuhi. Rasio angka penerimaan murid baru di beberapa sekolah sangat rendah.

Dikutip dari data Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) online, per tanggal 8 Juli 2025, jumlah siswa yang mendaftar pada sekolah dasar negeri di Kecamatan Ngablak misalnya masih sangat sedikit.

Hanya SD Negeri 1 Ngablak yang bisa memenuhi kuota penerimaan siswa baru sebanyak 28 orang. Sedangkan SD Negeri Ngablak 2 dan 5, tercatat penerimaan murid baru masih nol.

Baca Juga:Sekolah Swasta Gratis di Semarang Bertambah di Tahun 2025, Ini Alasannya!

Menurut Ketua Tim Teknis SPMB Kabupaten Magelang, Lambertus Pramudya Wardhana, pihaknya masih mengolah data penerimaan murid baru yang tercatat pada SPMB online.

Belum semua sekolah menginput data penerimaan siswa ke sistem online 2025. Sejauh ini Tim Teknis SPMB Kabupaten Magelang menerima pengajuan penerimaan murid baru tahap II dari 473 sekolah dasar dan 64 SMP.

Sekolah yang belum memenuhi kuota penerimaan siswa baru, dapat mengajukan perpanjangan masa pendaftaran.

“Ada yang belum terpenuhi, tetapi ada juga yang sudah berlebih. SMP Negeri 3 Satu Atap, Kaliangkrik misalnya, dari kuota 64 siswa, pendaftarnya 81 anak. Ditahap I kemarin mereka belum meng-online kan semua,” kata Lambertus Pramudya.

Jika hingga batas akhir penerimaan siswa baru tahap II, sekolah masih belum memenuhi kuota, kembali dilakukan perpanjangan masa pendaftaran sampai 31 Agustus 2025.

Baca Juga:Kabar Gembira! Biaya Pendidikan di 41 SMP Swasta di Kota Semarang Gratis

“Jika masih ada kuota dan ada calon siswa yang mendaftar, silakan diterima. Itu modelnya offline. Pencatatannya lewat Dapodik setelah rilis. Saat ini Dapodik masih off, nanti rilisnya sekitar pertengahan Juli.”

Daya Tampung Berlebih

Kegiatan belajar di MI Ma’arif Dukun, Kecamatan Dukun, Magelang menggunakan teknologi multi media. (Dok. MI Ma’arif Dukun).
Kegiatan belajar di MI Ma’arif Dukun, Kecamatan Dukun, Magelang menggunakan teknologi multi media. (Dok. MI Ma’arif Dukun).

Tidak berimbangnya jumlah kuota siswa dengan jumlah anak usia sekolah di suatu wilayah, menyebabkan banyak sekolah kekurangan calon murid. “Beberapa SD kelebihan kursi dan meja atau daya tampung, dibanding jumlah anak usia sekolah.”

Tawaran fasilitas dan kualitas pendidikan yang lebih baik dari sekolah swasta menjadi faktor lain mengapa sekolah negeri saat ini sepi peminat. Hal ini terutama terjadi di wilayah perkotaan atau padat penduduk.

Banyaknya pilihan sekolah di perkotaan atau daerah padat penduduk, memberikan orang tua murid keleluasaan untuk mencari sekolah sesuai keinginan.

Di kawasan perkotaan berdiri banyak sekolah unggulan yang diminati oleh warga dari luar wilayah. Sehingga persaingan mencari murid baru di Kecamatan Muntilan misalnya, mungkin tidak terlalu dirasakan oleh sekolah-sekolah negeri.

“Muntilan itu masih menjadi magnet untuk siswa SD. Ada beberapa SD swasta unggulan. Rata-rata siswanya banyak karena tidak hanya berasal dari Muntilan, tetapi kecamatan yang berbatasan,” ujar Lambertus Pramudya.

Beda situasi di kawasan pinggiran Muntilan. Di Kecamatan Dukun misalnya, suasana persaingan menjaring calon siswa antara SD negeri dan swasta sangat terasa.

Salah satu sekolah swasta favorit pilihan warga Dukun adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Dukun. Dari target 56 siswa baru, sekolah sudah menerima pendaftaran 37 calon murid.

Persaingan “Memanas”

Kepala Madrasah MI Ma’arif Dukun, Rumisih mengakui ketatnya persaingan antar sekolah dalam berburu siswa baru.

“Sekarang lebih hot dari sebelum-sebelumnya. Tapi alhamdulillah masyarakat tidak bergeming. Terbukti hari ini kita masih mendapatkan 37 siswa,” kata Rumisih.

Semula sekolah menerima berkas pendaftaran dari 40 calon siswa. Tapi belakangan berkas pendaftaran 3 calon murid ditarik kembali.

“Yang mencabut berkas itu justru dari pimpinan sekolah lain, bukan orang tua calon murid. Apalagi ada bantuan pakaian gratis untuk (murid baru) sekolah negeri. Itu lebih memanas ke masyarakat.”

Pada tahun ajaran 2024 MI Ma’arif Dukun menerima 37 siswa baru. Sedangkan jumlah yang berhasil diluluskan sekolah mencapai 54 murid.

Idelanya untuk menjaga proporsi jumlah murid keseluruhan, MI Ma’arif Dukun minimal mendapat murid baru sesuai jumlah kelulusan. “Proporsinya seharusnya jumlah yang keluar dengan yang masuk itu minimal sama. Minimal stabil. Ya sebanyak 54 murid itu.”

Persaingan ketat antar sekolah dasar di Kecamatan Dukun dalam menjaring murid, tergambar melalui data (SPMB) online per 8 Juli 2025. Pada data tercantum, dari empat SD negeri di Dukun, belum satupun yang berhasil memenuhi kuota 28 murid baru.

Sekolah Dasar Negri Dukun 1, 3, dan 4 masing-masing terdata baru menerima 11, 5, dan 8 murid baru. SD Negeri Dukun 2 bahkan sama sekali belum memperoleh pendaftar.    

Program Unggulan

Materi pelajaran pembiasaan ibadah harian di MI Ma’arif Dukun, Kecamatan Dukun, Magelang. (Dok. MI Ma’arif Dukun).
Materi pelajaran pembiasaan ibadah harian di MI Ma’arif Dukun, Kecamatan Dukun, Magelang. (Dok. MI Ma’arif Dukun).

Beberapa program unggulan ditawarkan MI Ma’arif Dukun untuk memenangkan persaingan menjaring siswa baru. Salah satunya memberikan porsi muatan pelajaran agama lebih banyak dibanding sekolah negeri.

Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Dukun memberikan porsi pelajaran agama 8 hingga 10 jam setiap minggu. Sedangkan di sekolah negeri, pelajaran agama rata-rata hanya diberikan dalam durasi 2 jam perminggu.

Tidak hanya berupa materi di kelas, muatan pelajaran agama diberikan melalui pembiasaan ibadah sehari-hari. “Ada hafalan asmaul husna, hafalan surat pendek, menghafal hadits pilihan, dan praktik ibadah. Semua kita masukkan dalam buku penilaian rapor,” kata Kepala Madrasah MI Ma’arif Dukun, Rumisih.

Materi pelajaran membaca dan menghafal surat pendek Al Quran bahkan dijadikan pembiasaan setiap pagi. Semua guru memberikan materi ini sebelum memulai pelajaran di kelas.

Pihak sekolah juga menargetkan prestasi non-akademik sebagai daya tarik bagi calon orang tua murid. Selama 2 tahun terakhir, MI Ma’arif Dukun antara lain meraih medali emas Olimpiade Sains dan Ke-NU-an (Oskanu) tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2024.

Pada Porseni MI tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2023, siswa putra Ma’arif Dukun mendapat gelar juara 1 untuk cabang bola voli. “Kita bertahap terus mendapat prestasi. Kita rutin istiqomah, selain dari kepramukaan juga olah raga.”

Ketua Tim Teknis SPMB Kabupaten Magelang, Lambertus Pramudya Wardhana mengakui ada beberapa sekolah negeri yang belum bisa memberikan layanan baik sehingga memuaskan masyarakat.

Otomatis sekolah ini tidak menjadi pilihan orang tua dalam menentukan tempat pendidikan anak-anak mereka.    

“Saat ini trennya orang tua ketika akan memasukkan anak SD rata rata memilih sekolah swasta. Tapi ketika SMP dan SMA, trend-nya orang tua menyekolahkan anak ke sekolah negeri.”

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak