Viral Mural One Piece di Sragen Dihapus Aparat, Netizen: Negara Demokrasi Tapi Berekspresi Dibatasi

Mural One Piece di Sragen dihapus aparat, picu polemik kebebasan berekspresi. Warganet kritik pembatasan, anggap simbol fiksi tak perlu ditakuti, solusi dialogis.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 06 Agustus 2025 | 07:11 WIB
Viral Mural One Piece di Sragen Dihapus Aparat, Netizen: Negara Demokrasi Tapi Berekspresi Dibatasi
Tangkapan layar video detik-detik mural bergambar one piece dihapus aparat. [Instagram/@icws_infocegatanwilayahsragen]

Komentar lain juga menyinggung standar ganda dalam penilaian terhadap simbol visual. "Weruh gambar One Piece wedi, mbokso weruh gambar Soekarno-Hatta kemecer," tulis seorang warganet dengan nada sindiran dalam bahasa Jawa.

Sementara itu, pengguna lain mencoba memberi perspektif personal. "Saya melihat lambang itu cuma sebatas bendera di film kartun anime kesukaan saya, nggak lebih dan nggak ada makna lain. Tapi kenapa orang-orang di pemerintahan bisa mengartikan itu makar, membahayakan keselamatan negara dan lain-lain?"

Fenomena ini memperlihatkan benturan antara ruang ekspresi generasi muda dengan pendekatan pengawasan pemerintah. Di tengah derasnya arus budaya populer dari luar negeri, Indonesia belum sepenuhnya siap untuk menerima simbol-simbol yang dianggap tidak lazim dalam konteks lokal.

Daripada sekadar menghapus mural atau menurunkan bendera, pendekatan yang lebih dialogis dan edukatif semestinya bisa dijadikan solusi.

Baca Juga:Praktik Prostitusi di Gunung Kemukus Sragen Terungkap, Ritual Seks Hidup Lagi?

Pemerintah dan aparat dapat mengedukasi warga soal batas dan etika berekspresi di ruang publik tanpa serta-merta menghakimi atau mencabut hasil karya secara sepihak.

Karena pada akhirnya, mural One Piece itu bukanlah simbol makar, melainkan sekadar luapan ekspresi anak muda terhadap cerita petualangan fiksi yang mereka cintai.

Simbol tengkorak bertopi jerami itu lahir dari dunia imajinasi, bukan propaganda ideologi. Ia hadir sebagai bagian dari budaya populer global yang memberi warna pada cara generasi muda mengekspresikan diri.

Dalam negara demokrasi yang sehat, ruang untuk imajinasi dan kreativitas seharusnya tidak langsung dicap sebagai ancaman.

Justru dengan pendekatan yang terbuka dan dialogis, negara bisa menunjukkan kedewasaan dalam menyikapi keragaman ekspresi warganya. Terlebih menjelang peringatan kemerdekaan, semangat kebebasan seharusnya dirayakan, bukan dibatasi.

Baca Juga:Unggah Momen Sarapan Bareng Emak-emak di Sragen, Instagram Ganjar Pranowo Diserbu Netizen

Kontributor : Dinar Oktarini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak