Awas! BMKG Ungkap Ancaman Cuaca Ekstrem Pancaroba di Jateng: Petir & Puting Beliung Mengintai

BMKG memprediksi musim kemarau di Jateng Selatan segera berakhir. Namun, waspadai ancaman cuaca ekstrem saat masa peralihan atau pancaroba pada pertengahan September 2025.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 03 September 2025 | 16:56 WIB
Awas! BMKG Ungkap Ancaman Cuaca Ekstrem Pancaroba di Jateng: Petir & Puting Beliung Mengintai
Ilustrasi Cuaca Ekstrem (unsplash/@lukavovk)
Baca 10 detik

SuaraJawaTengah.id - Meski saat ini cuaca cenderung cerah berawan, ancaman cuaca ekstrem justru mengintai di depan mata seiring mendekatnya masa peralihan musim atau pancaroba.

BMKG memprakirakan periode pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan akan dimulai pada pertengahan hingga akhir September 2025.

Periode ini disebut-sebut sebagai momen paling rawan terjadinya bencana hidrometeorologi yang datang tiba-tiba dan dapat membahayakan.

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, menyatakan bahwa meskipun saat ini masih musim kemarau, tanda-tanda perubahan sudah mulai terlihat.

Baca Juga:Kolaborasi Kementerian PKP Jateng dan BRI Semarang, Percepat Bantuan Rumah Swadaya untuk Warga

Potensi hujan ringan masih bisa terjadi, terutama di wilayah dataran tinggi.

"Kondisi cuaca dalam lima hari ke depan secara umum cerah berawan dan potensi hujan ringan masih ada terutama di wilayah pegunungan," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Rabu.

Saat ini, pola angin yang masih bergerak dari timur menandakan musim kemarau belum sepenuhnya berakhir.

"Pola angin di wilayah Jateng bagian selatan masih bergerak dari arah timur dengan kecepatan 5-50 kilometer per jam, sedangkan suhu udara berkisar 24-33 derajat Celcius dan kelembapan 58-95 persen," tambah Teguh.

Ancaman Nyata di Balik Pancaroba

Baca Juga:Indonesia Jadi Laboratorium Buzzer: Riset Ungkap Tentara Siber Bayaran Pengaruhi Opini Publik

Teguh secara khusus menyoroti bahaya yang kerap menyertai masa peralihan musim.

Menurutnya, masyarakat perlu mewaspadai karakteristik cuaca yang tidak menentu, yang menjadi ciri khas pancaroba. Fenomena ini seringkali diawali dengan cuaca panas terik di pagi hari, yang kemudian berubah drastis menjadi gelap dan disertai hujan lebat.

Kondisi inilah yang memicu potensi cuaca ekstrem yang jauh lebih berbahaya dari sekadar hujan biasa.

"Saat masa peralihan, cuaca pada pagi hari bisa terasa cerah dan panas, lalu menjelang sore muncul awan gelap yang menyebabkan hujan disertai petir dan angin. Kondisi tersebut dapat menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung hingga hujan es," katanya menjelaskan.

BMKG memprediksi curah hujan pada bulan September 2025 di wilayah Jateng selatan masuk kategori menengah, berkisar antara 101-300 milimeter.

"Khusus untuk Kabupaten Cilacap, curah hujan pada bulan September diprakirakan berkisar 50-200 milimeter, sedangkan di Banyumas diprakirakan berkisar 151-300 milimeter," katanya menjelaskan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak