- Mahasiswa kejar dosen ke peron kereta demi ttd.
- Aksi ini viral dan menuai simpati dari netizen.
- Cerminan totalitas perjuangan mahasiswa akhir.
SuaraJawaTengah.id - Perjuangan mahasiswa tingkat akhir untuk menyelesaikan tugas akhir atau skripsi memang tak pernah mudah. Berbagai drama dan tantangan seringkali harus dilalui, salah satunya adalah mendapatkan tanda tangan dosen pembimbing yang terkadang sulit ditemui.
Namun, sebuah video yang viral di media sosial baru-baru ini menunjukkan totalitas tanpa batas dari sekelompok mahasiswa yang rela melakukan aksi tak terduga.
Dalam sebuah unggahan yang dibagikan oleh akun Instagram @indo_psikologi, terlihat momen dramatis saat sejumlah mahasiswa semester akhir mengejar dosen mereka hingga ke area peron stasiun kereta api.
Aksi ini bukan tanpa alasan, mereka berburu satu hal krusial: tanda tangan pengesahan.
Baca Juga:Misteri Kematian Mahasiswa UNNES: Pamit Demo, Pulang Lebam, Mengigau 'Jangan Dipukuli'
"Sejumlah mahasiswa semester akhir ini mengejar tanda tangan pengesahan dosen hingga ke area peron kereta. Dosennya yang sedang dalam perjalanan itu telah menunggu di dekat pintu kereta," tulis keterangan dalam unggahan tersebut.
Narasi dalam video menjelaskan bahwa para mahasiswa ini hanya memiliki waktu yang sangat sempit, yakni sekitar tiga menit saat kereta berhenti di stasiun.
Dengan sigap, mereka yang telah menunggu di peron langsung menyodorkan lembaran dokumen kepada sang dosen yang berada di dalam gerbong.
Demi bisa masuk ke area peron, para mahasiswa ini bahkan rela membeli tiket Kereta Rel Listrik (KRL), menyamakan jadwal dengan dosen mereka yang kebetulan menggunakan moda transportasi yang sama.
Momen singkat namun penuh perjuangan itu berhasil terekam kamera dan menyebar luas, memancing beragam reaksi dari warganet.
Baca Juga:'Jangan Pukulin Saya Lagi!', Igauan Terakhir Mahasiswa UNNES Iko Juliant Sebelum Wafat Jadi Misteri
Cerminan Perjuangan Mahasiswa Akhir
Kejadian ini seolah menjadi potret kecil dari perjuangan besar yang dihadapi banyak mahasiswa di penghujung masa studinya.
Proses bimbingan skripsi yang seringkali penuh lika-liku, mulai dari sulitnya mencocokkan jadwal, revisi yang tak berkesudahan, hingga dosen yang memiliki kesibukan tinggi, menjadi tantangan tersendiri.
Tak jarang, mahasiswa harus memutar otak dan melakukan upaya ekstra demi satu goresan pena dari dosen pembimbing.
Aksi mengejar dosen ke stasiun ini menjadi bukti nyata bahwa demi kelulusan, rintangan apa pun akan berusaha diterabas. Ini bukan sekadar tentang tanda tangan, melainkan tentang dedikasi, kegigihan, dan mental baja dalam menyelesaikan sebuah tanggung jawab akademik.
Fenomena ini juga menyoroti bagaimana mahasiswa dan dosen beradaptasi dengan situasi. Sang dosen yang tetap meluangkan waktu di sela perjalanannya untuk membubuhkan tanda tangan menunjukkan adanya pengertian dan fleksibilitas di tengah keterbatasan.