- Media sosial di Jateng picu krisis mental remaja, muncul gejala FOMO dan indikasi bunuh diri.
- Dinas Pendidikan dorong guru jadi sahabat anak serta ajarkan etika bermedia sosial dan teknologi AI.
- DPRD Jateng perkuat sinergi pengawasan rumah–sekolah lewat FGD dan program “Dewan Mengajar.”
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah menyambut tantangan ini dengan dorongan penuh.
Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah, Rizqi Iskandar Muda menekankan bahwa anak-anak masa kini adalah "generasi yang seharusnya paham betul mengerti bagaimana cara bermainnya teknologi." Bahkan, anak yang gagap teknologi justru dianggap anomali.
Rizqi menyoroti pentingnya peran ganda: Orang tua (di lingkungan rumah) dan Guru (di lingkungan sekolah) sebagai garda terdepan pengawasan.
"Mereka adalah sosok-sosok garda terdepan yang bisa membawa anak-anak ini, walaupun mereka tetap menguasai teknologi, tapi mereka juga tahu batasan dalam penggunaannya," tegas Mas Rizqi.
Baca Juga:Koperasi Merah Putih Jateng Rampung 100 Persen, Sekda Wanti-wanti: Jangan Ulangi Sejarah Kelam KUD!
DPRD Provinsi Jateng juga tidak tinggal diam. Selain mengadakan agenda rutin seperti Focus Group Discussion (FGD) dan reses untuk bertemu langsung dengan orang tua dan guru, mereka bahkan terlibat aktif dalam program "Dewan Mengajar."
Kolaborasi ini, menurut Nasikin, sangat membantu memotivasi dan memberikan inspirasi langsung kepada siswa, menunjukkan sinergi antara eksekutif dan legislatif dalam membentengi generasi muda menuju Indonesia Emas 2045.
Perubahan peran guru, optimalisasi Guru BK, dan sinergi antara DPRD dan orang tua menjadi kunci utama agar ancaman mental akibat media sosial dapat diminimalisir, memastikan anak-anak Jawa Tengah tumbuh menjadi generasi yang cerdas secara digital dan mental.