Ratusan PWNU-PCNU Kompak Ikuti Kiai Sepuh, Posisi Gus Yahya Menguat

Gus Yahya kokoh sebagai Ketum PBNU didukung 400+ PWNU/PCNU. Isu pemakzulan diredam usai pertemuan Tebuireng para kiai sepuh. Fokus pada penyelamatan sistem & AD/ART.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 09 Desember 2025 | 14:01 WIB
Ratusan PWNU-PCNU Kompak Ikuti Kiai Sepuh, Posisi Gus Yahya Menguat
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya)
Baca 10 detik
  • Dukungan masif dari lebih dari 400 PWNU dan PCNU menegaskan posisi Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, tetap kokoh menghadapi isu pemakzulan.
  • Pertemuan di Tebuireng bersama mustasyar dan kiai sepuh menjadi rujukan moral utama untuk menyelesaikan dinamika internal organisasi NU.
  • Para pimpinan daerah menekankan bahwa penyelesaian harus berdasarkan kepatuhan pada AD/ART organisasi dan mengutamakan islah.

Posisi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), tampak semakin kokoh di tengah badai isu internal yang mengarah pada upaya pemakzulan. 

Dukungan masif dari lebih dari 400 Pengurus Wilayah (PWNU) dan Pengurus Cabang (PCNU) se-Indonesia menjadi penegas bahwa manuver politik untuk menggoyang kepemimpinannya berhasil diredam.

Sikap bulat ini menjadi kesimpulan utama dari pertemuan daring yang dipimpin langsung oleh Gus Yahya, menyusul silaturahim para mustasyar dan kiai sepuh NU di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.

Pertemuan Tebuireng, yang dihadiri tokoh sekaliber Prof KH Ma’ruf Amin, KH Said Aqil Siradj, dan KH Anwar Manshur, kini dianggap sebagai rujukan moral tertinggi untuk menyelesaikan dinamika yang terjadi.

Baca Juga:Kiai Sepuh Cegah Perpecahan di Tubuh PBNU, Ma'ruf Amin: Proses Pemakzulan Tak Sesuai AD/ART

Dalam forum daring tersebut, para pimpinan NU di daerah secara terang-terangan menegaskan kesetiaan mereka pada keputusan para sesepuh, yang dinilai memiliki pandangan jernih dan jauh dari kepentingan personal.

Ini menjadi pukulan telak bagi narasi yang mencoba mendelegitimasi kepemimpinan Gus Yahya.

Gus Yahya sendiri menceritakan momen emosional di balik pertemuan Tebuireng. 

Ia menggambarkan bagaimana para kiai sepuh, yang sebagian besar telah berusia di atas 80 tahun, rela hadir meski dengan kondisi fisik yang terbatas demi menyelamatkan marwah organisasi.

“Saya terharu melihat para sesepuh turun tangan. Mereka bersusah payah datang karena kecintaan yang luar biasa kepada jam’iyyah ini,” jelas Gus Yahya, mengisyaratkan bahwa intervensi para kiai adalah sinyal kuat bahwa organisasi sedang tidak baik-baik saja.

Baca Juga:Perebutan Kursi PSSI Jateng Memanas! Anggota Exco Dianggap Tak Layak Usai Bertemu Johar Lin Eng

Menjawab berbagai tudingan yang berkembang, Gus Yahya memastikan telah memberikan klarifikasi menyeluruh kepada para mustasyar, lengkap dengan dokumen dan data pendukung.

“Semua hal yang dipertanyakan telah saya jawab selengkap-lengkapnya dan serinci-rincinya,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa pertarungan saat ini bukanlah soal personal, melainkan penyelamatan sistem organisasi. Dengan tegas, ia mengingatkan bahaya mengabaikan aturan main. 

"Organisasi itu manzumah (sebuah sistem), dan sokogurunya (pondasi utama) adalah nizham (aturan/prinsip). Bila nizham ini diabaikan, organisasi bisa runtuh dan mundur seratus tahun," tegasnya.

Dukungan untuk Gus Yahya dan seruan untuk kembali ke aturan organisasi menggema dari berbagai daerah.

Rais Syuriyah PWNU Bengkulu, KH Hasbullah Ahmad, secara lugas membantah narasi yang melabeli ketua umum sebagai sosok durhaka. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini