Scroll untuk membaca artikel
Agung Sandy Lesmana
Jum'at, 17 Mei 2019 | 20:40 WIB
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. (Suara.com/Adam Lyasa)

SuaraJawaTengah.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengungkap alasan di balik pertemuan dengan beberapa kepala daerah yang hadir di Museum Kepresidenan Balai Kitri Bogor, pada Selasa (15/5/2019) lalu.

Pertemuan tersebut kata Ganjar, sebagai hubungan perkawanan yang sudah terjalin cukup lama antar kepala daerah meski berbeda latar belakang politik.

Namun begitu, Ganjar juga tak menampik jika pertemuan tersebut memang diinisiasi untuk meredakan tensi politik tanah air yang semakin memanas menjelang pengumuman hasil akhir penghitungan suara 22 Mei mendatang.

"Kita tidak ingin terjebak pada panasnya situasi politik tanah air. Ini bagian kegalauan, kegelisahan kita semua melihat kondisi politik mutakhir. Maka rasa-rasanya ini perlu hujan es yang harus dicurahkan," tutur Ganjar, di Semarang, Jumat (17/5/2019).

Baca Juga: Minta Masyarakat Jateng Tak Ikut Aksi 22 Mei, Ganjar: Mengaji Saja Yuk

Pertemuan tersebut diikuti delapan kepala daerah, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zulkilfimansyah, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah, Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak.

Kemudian ada juga Direktur Wahid Foundation Yenny Wahid, Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Wali Kota Tanggerang Selatan Airin Rachmi Diany, dan Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto.

Pertemuan itu, bagi Ganjar juga sama halnya saat menjelang sebelum kampanye dimana terjadi pertemuan antara dirinya, Gubernur DKI Anies Baswedan, dan Gubernur Jabar Ridwan Kamil di kantor Pemda Jakarta.

"Sama dengan dulu sebelum kampanye saya ketemu Mas Anies, Kang Emil di kantor Wapres kemudian ngobrol di kantor Pemda DKI. Dengan hanya berfoto tiga orang saja, bisa mengkomunikasikan kepada masyarakat nanti kampanye akan damai," ucap Ganjar.

"Kemarin kawan-kawan yang dateng sebenarnya yang sudah bertemu dan kenal sejak dulu. Maka ketika kita menjabat, mestinya kita menjadi embun, penyegar yang bisa mendinginkan situasi," imbuhnya.

Baca Juga: Periksa Ganjar Pranowo, KPK Masih Telisik Anggaran Proyek e-KTP

Pertemuan di Bogor ini juga diharapkan Ganjar jadi embun penyejuk yang dapat meredam ketegangan sebagian masyarakat yang menunggu hasil penghitungan suara pada 22 Mei mendatang.

"Hari ini menjelang tanggal 22 Mei kok masih ramai, maka kita coba dinginkan dengan warga yang beragam. Dengan representasi itu ada harapan simbolik yang kita berikan pada masyarakat, kita akan mendinginkan situasi ini ayo kita terima secara konstitusional putusan apapun, kita ikuti semua progresnya karena itu perintah undang-undang," jelasnya.

Dari pertemuan itu, lanjut Ganjar, akan dibuat agenda untuk bicara Indonesia jauh ke depan. Termasuk sistem pemilu yang rumit, dan beberapa agenda ke depan agar Indonesia semakin matang berdemokrasi.

"Setelah itu kita berjanji untuk keliling seluruh Indonesia dan silaturahminya kita pindah-pindah. Bisa ke Semarang, Lombok, Banyuwangi," katanya.

Ganjar juga tak mempermasalahkan jika ada saja beberapa pihak yang menganggap pertemuan tersebut tidak membawa dampak kebaikan pada masyarakat.

"Biarkan saja, jangan dipusingkan dengan prasangka-prasangka negatif yang justru menguras energi tersebut. Kita siap dipuji tapi juga siap dicaci," katanya.

Bahkan ada beberapa pihak yang nyinyir menyatakan jika pertemuan itu adalah kelompok arisan para kepala daerah yang kurang bermanfaat.

"Nyinyirisme ini selalu muncul, apapun yang kita omongkan jadi persoalan. Terus ada yang bilang itu kelompok arisan, ya sudah kalau memang dengan arisan bisa menyelesaikan persoalan-persoalan ya sudah kita akan arisan saja. Pokoknya persoalan harus selesai dan harus ada yang menginisiasi. Bukan jadi kompor," tukas Ganjar.

Kontributor : Adam Iyasa

Load More