Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 16 Juli 2019 | 18:20 WIB
Semburan di Dusun Gumarang, Desa Sikampuh, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. [Dokumentasi Tim Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed]

Sementara itu, Tim Teknik Geologi Fakultas Teknik Unsoed melakukan penelitian langsung di lapangan yang terdiri dari lima orang yang diketuai Eko Bayu Purwasatriya.

Koordinator Sistem Informasi Unsoed Alief Einstein mengemukakan Tim Teknik Geologi Unsoed menemukan adanya material sedimen yang didominasi pasir berwarna kehitaman dan lumpur.

“Material pasir ini merupakan endapan pantai yang berumur kuarter yang ikut tersembur keluar oleh semburan gas tersebut,” kata dia.

Uji bakar juga dilakukan untuk mengetahui jenis gas tersebut. Hasilnya, sisa semburan gas masih dapat menyala ketika disulut oleh korek api, sehingga disimpulkan jenis gas yang keluar merupakan gas metan.

Baca Juga: Ada Bajaj Kuning Mengaspal di Kroya

“Untuk mengetahui secara pasti apakah gas yang keluar merupakan gas biogenik (gas rawa) atau gas termogenik (gas bumi) perlu dilakukan uji lebih lanjut yaitu uji isotop C13. Namun rembesan gas yang terdekat dari lokasi ini, yaitu di Desa Karanglewas, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, telah dilakukan uji isotop C13 dan hasilnya merupakan gas termogenik (gas bumi), sehingga besar kemungkinan semburan gas di lokasi ini juga merupakan gas bumi karena lokasinya yang dekat (sekitar 10 kilometer) dan membentuk kelurusan jalur dengan rembesan minyak dan gas bumi lainnya,” kata dia.

Lebih lanjut disampaikan, sumur yang digali oleh penduduk setempat menembus kantong-kantong gas di dekat permukaan yang cukup banyak tersebar di jalur rembesan minyak dan gas bumi tersebut.

“Gas bumi dari bawah permukaan merembes ke permukaan dan mengisi rekahan-rekahan batuan di dekat permukaan, sehingga ketika ditembus oleh bor sumur, tekanannya cukup tinggi, tapi cepat pula menurun,” kata dia.

Pihaknya memastikan, fenomena semburan gas tersebut tidak berbahaya dan tidak seperti semburan lumpur di Sidoarjo. Karena tatanan geologi di Banyumas berbeda dengan Sidoarjo. Secara geografis, Banyumas tidak terdapat gunung lumpur di bawah permukaan seperti di Sidoarjo.

“Adanya rembesan minyak dan gas ini dapat dilihat pula sisi positifnya bahwa cekungan di  Banyumas dan sekitarnya berpotensi untuk menghasilkan minyak dan gas bumi, sehingga dapat menambah produksi nasional migas dan menumbuhkan ekonomi di Banyumas dengan adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas,” kata dia.

Baca Juga: Jalur Ganda Kroya-Purwokerto Aktif, Jadwal Kedatangan KA Alami Gangguan

Kontributor : Teguh Lumbiria

Load More