Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 28 Agustus 2019 | 21:51 WIB
Kepala Bagian Tata Usaha SMP Negeri 4 Banyumas Suparyo menunjukkan foto Supratno semasa hidup. [Suara.com/Teguh Lumbiria]

SuaraJawaTengah.id - Terbunuhnya tiga anak dan satu cucu Misem, Warga Desa Pasinggahan Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, masih menyisakan cerita.

Satu korban, Supratno, yang kala itu terdaftar sebagai pegawai Perpustakaan SMP Negeri 4 Banyumas, sempat dikait-kaitkan dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

“Waktu itu kan lagi hangat-hangatnya isu Gafatar. Jadinya juga muncul spekulasi itu,” kata Kepala Bagian Tata Usaha SMP Negeri 4 Banyumas Suparyo saat ditemui Suara.com pada Rabu (28/8/2019).

Apalagi dari kabar yang berkembang, lanjut dia, di Kabupaten Banyumas ada sejumlah orang yang konon ikut dalam gerakan itu.

Baca Juga: Prarekonstruksi Gaduh, Tersangka Kasus 4 Tengkorak Keluarga Disoraki Warga

“Makanya pihak sekolah menindaklanjuti usulan pemberhentian dengan PP 53 ini. Karena kita berpikirnya masih hidup, namun melanggar dengan tidak masuk berturut-turut tanpa alasan,” kata dia.

Dia memastikan pihak sekolah akan berpikir lain, jika saat itu tahu bahwa Supratno telah mati terbunuh.

“Kalau saja sampai tahu (ternyata dibunuh) jelas tidak mungkin dengan PP ini. Malahan memungkinkan dapat santunan,” kata dia.

Sudah begitu, lanjut dia, di rumah tidak ada penjelasan dari pihak keluarga. Adik Supratno, Minah yang beberapa kali ditemui pihak sekolah, juga malah mengaku tidak tahu.

“Sekolah waktu itu menugaskan Kepala TU saat itu, (Alm) Eko Susilowati ke rumahnya. Ini tertulis dalam laporan yang menerima Ibu Saminah (adik Supratno),” kata dia.

Baca Juga: Kasus Temuan Tengkorak di Banyumas, Polisi Pastikan Pembunuhan Berencana

Dari keterangan Saminah, lanjut dia, Supratno telah pergi meninggalkan rumah bersama anaknya. Namun yang bersangkutan tidak mengetahui ke mana perginya.

Load More