Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 25 September 2019 | 19:53 WIB
Santri dari Pondok Pesantren Annur 2 Bululang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Hakam Mabruri saat singgah di Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu (25/9/2019). [Suara.com/Teguh Lumbiria]

SuaraJawaTengah.id - Demi sebarkan perdamaian, seorang santri dari Pondok Pesantren Annur 2 Bululang Kabupaten Malang, Jawa Timur, Hakam Mabruri akan menempuh perjalanan hingga belasan ribu kilometer dengan mengayuh sepedanya keliling Afrika.

Pria berusia 37 tahun tersebut akan memulai perjalanan panjang tersebut pada Oktober 2019 mendatang, persis dalam rangkaian Hari Santri Nasional.

Rencana tersebut ditegaskan Hakam yang tengah beristirahat dalam perjalanan ngontel sepeda lintas Malang-Jakarta.

"Perjalanan Malang-Jakarta ini pra torung-nya, buat pemanasan, menyesuaikan otot-otot. Karena sudah lama tidak bersepeda jauh," kata Hakam saat ditemui Suara.com di Purwokerto, Rabu (25/9/2019).

Baca Juga: Kontroversi Film The Santri, Gus Nadir: Karya Seni Tak Perlu Dihajar Ayat

Hakam bercerita, perjalanan lintas Indonesia-Afrika tersebut akan dikemas dalam The Glorious Santri Journey in Africa.

“Tujuannya tadi, untuk menyebarkan perdamaian, sekaligus menjalin persahabatan dengan berbagai umat beragama di belahan Afrika,” kata suami Rofingatul Islamiyah.

Lebih dari itu, Hakam menjadikan perjalanan panjang itu sebagai bentuk dakwah. Ia meyakini, setiap muslim berkewajiban untuk menyebebarluaskan ajaran Tuhan.

"Indonesia punya keunggulan dibanding negara lain, toleransinya sangat bagus. Saya ingin mengenalkan bahwa Islam adalah agama yang fleksibel, tidak kaku, di Indonesia Islam masuk dengan pendekatan budaya," kata Hakam.

Perjalanan yang menempuh sekitar 17.000 kilometer tersebut akan menghabiskan waktu sekitar satu tahun. Ia sudah menjadwalkan tujuan pertamanya menjejakan kaki di Mesir.

Baca Juga: The Santri Garapan Livi Zheng Mengecewakan, Wagub Jabar: Tak Usah Tayang

Selanjutnya, ia akan berkeliling ke 13 negara lainnya dan diakhiri ke Cape Town, Afrika Selatan.

Lantas, apa saja yang dipersiapkan untuk bekal dalam perjalanan yang kelewat jauh dan lama itu?

Ayah satu anak tersebut mengaku tidak secara berlebih dalam menyiapkan perbekalan. Terpenting yang sudah disiapkan, yakni pakaian, makanan, dan onderdil sepeda yang didapatkan dari para sponsor dan donatur.

Untuk keperluan uang saku, pria yang kesehariannya jadi tukang gembala kambing domba tersebut akan berjualan kaos.

"Modal awal saya nol rupiah, uang bukan segala-galanya. Uang bukan hambatan untuk menggapai impian," kata Hakam.

Keyakinan Hakam dapat menempuh perjalanan ekstra jauh dengan bersepeda itu karena sudah teruji. Tepatnya pada akhir tahun 2016, ia bersepeda dari Malang menuju Makkah untuk menunaikan ibadah umrah.

Saat itu, Hakam menempuh perjalanan bersama istrinya.

"Kemarin sempat mau ajak istri lagi. Tetapi enggak boleh sama bapak saya, karena anak masih kecil, baru 14 bulan,” kata Hakam.

Rencana tersebut diapresiasi aktivis Komunitas Hallowin Purwokerto, Hasanudin. Ia mengaku kagum terhadap nyali Hakam yang berani keliling Afrika demi membawa misi perdamaian.

“Semoga berjalan lancar, hati-hati dan sampai tujuan. Mudah-mudahan juga dapat membawa nama harum Indonesia di sana,” kata Hasanudin yang ikut mengawal Hakam dari Kabupaten Kebumen hingga Banyumas.

Kontributor : Teguh Lumbiria

Load More