SuaraJawaTengah.id - Abdullah Almabrur langsung membangun tenda di pinggir sungai begitu sampai Klaten dari Pekanbaru, Riau. Dia mudik di tengah wabah virus corona.
Abdullah membangun tenda itu untuk tempat isolasi diri. Dia takut terpapar corona setelah datang dari Pekan baru. Makanya, pemudik asal Dukuh Ngaran, Desa Mlese, Ceper, Klaten, Abdullah Almabrur, sadar harus melakukan isolasi mandiri.
Di sana, Abdullah sejak Rabu (15/4/2020). Dia akan di tenda itu sampai 14 hari ke depan. Dia rela menunda pulang ke rumahnya dan melepas kangen dengan istri dan keempat anaknya. Almabrur menceritakan dia merantau ke Pekanbaru, Provinsi Riau, melakoni pekerjaan sebagai tabib.
Dia buru-buru pulang kampung karena khawatir tak ada lagi transportasi yang bisa dia akses untuk pulang menemui anak dan istrinya. Dia sadar semua pemudik dari daerah manapun yang pulang ke kampung halaman wajib melakukan isolasi mandiri selama 14 hari. Almabrur lantas mencari lokasi untuk isolasi mandiri di kampung halamannya.
Hingga terlintas lah di benak pemudik itu ide untuk isolasi mandiri di bantaran Kali Kecu di tepi Dukuh Ngaran, Klaten.
“Sebelum pulang saya langsung meminta adik saya untuk mencarikan tenda,” kata Almabrur saat ditemui Solopos.com di tepi Kali Kecu, Sabtu (18/4/2020).
Sebelum sampai di kampungnya, Almabrur menyempatkan diri mampir ke pelayanan kesehatan di Ceper untuk memastikan tak ada gejala dan tanda infeksi Covid-19 di tubuhnya.
Setelah mendapatkan surat keterangan pemeriksaan dari puskesmas, Almabrur langsung menuju ke bantaran Kali Kecu dan mulai berkemah untuk isolasi mandiri.
Dia juga menyempatkan diri melapor ke ketua RT.
Baca Juga: Kurir Makanan Positif Corona Covid-19, 72 Keluarganya Diisolasi
“Saya langsung ke tempat ini [bantaran Kali Kecu], tidak mampir ke rumah. Ini sudah jalan empat hari,” jelas Almabrur.
Bantaran sungai yang dijadikan tempat isolasi mandiri oleh pemudik itu berada di belakang permukiman warga serta kompleks makam di Dukuh Ngaran, Klaten. Lokasinya hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.
Almbarur mendirikan tenda di bawah rimbunnya pohon bambu. Tenda itu menjadi tempat tidurnya. Seluruh aktivitas Almabrur hanya terbatas di bantaran sungai termasuk ketika mandi. Makanan saban hari dipasok oleh adiknya.
Untuk penerangan, Almabrur memasang lampu dengan sumber listrik dari rumah tetangganya. Sesekali ada warga yang datang menemuinya.
Namun, pemudik yang baru tiba di Ngaran, Klaten, itu memilih konsisten dengan isolasi mandiri dan menjaga jarak dengan setiap orang. Termasuk ketika istri dan keempat anaknya berkunjung.
Meski berulang kali anak bungsunya yang berumur enam tahun merengek ingin memeluk, Almabrur untuk sementara waktu tak bisa memenuhi permintaan tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
Terkini
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025
-
5 Rental Mobil di Wonosobo untuk Wisata ke Dieng Saat Libur Akhir Tahun 2025