Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 27 Juli 2020 | 22:11 WIB
Situs diduga tangga kuno di gunung Sipandu Dieng. [Suara.com/Khoirul]

SuaraJawaTengah.id - Temuan situs yang diduga berupa tangga kuno di Gunung Sipandu kawasan Wisata Dieng menarik perhatian khalayak. Bangunan purba itu mulanya ditemukan pendaki yang dilaporkan ke pengelola basecamp pendakian Gunung Sipandu, Ahmad Waluyo. Ia kemudian melaporkan temuan itu ke Arkeolog Banjarnegara Aryadi Darwanto.

Pada Minggu (26/7/2020), Aryadi ditemani pengelola basecamp mendaki Gunung Sipandu untuk mengecek kembali situs yang letaknya tak jauh dari puncak. Aryadi bermaksud membuka sedikit situs yang masih terpendam untuk menguak misteri di balik temuan itu.

Struktur batu itu terlihat memanjang sekitar 10 meter. Bangunan itu terputus karena menabrak tanah tebing. Namun setelah digali tanah itu, ternyata susunan batu itu masih menyambung.

Aryadi tak mengetahui sampai mana situs diduga tangga itu berujung. Kemungkinan masih panjang. Namun butuh kerja keras untuk menggalinya karena kondisi medan tebing yang terjal.

Baca Juga: Dieng Diselimuti Embun Es, Wisatawan Jangan Lupa Bawa Perlengkapan Ini

"Setelah digali sedikit, batu itu masih menyambung. Mungkin kalau mau digali lagi, itu masih panjang," katanya kepada Kontributor Suara.com.

Dengan menggunakan cangkul kecil, ia melanjutkan penggalian di bagian sisi batu untuk menemukan bagian anak tangga. Ditemukan batu berbentuk persegi yang terkubur di dalam tanah. Permukaan luarnya halus, namun bagian dalamnya yang menempel tanah kasar.

Aryadi menyangsikan, jika benda itu anak tangga. Sebab ukurannya lebih lebar dari anak tangga pada umumnya. Karenanya ia lebih meyakini itu bagian dari struktur tangga model perosotan.

Berdasarkan sumber catatan Belanda, menurut Aryadi, di sisi utara Dieng memang terdapat dua jenis Ondo Budho. Ada yang memiliki anak tangga untuk akses pejalan kaki.

Ada pula yang berbentuk perosotan tanpa anak tangga. Ondo jenis ini dipakai untuk akses transportasi gerobak atau mengangkut barang.

Baca Juga: Suhu Capai Minus 3 Derajat, Wisatawan Serbu Dieng Nikmati Fenomena Bun Upas

"Tapi ini masih butuh penelitian lebih lanjut. Minimal ditemukan struktur yang masih utuh, tata letaknya masih sama seperti aslinya, baru bisa disimpulkan,"katanya

Dugaan ini selaras dengan legenda atau cerita turun temurun warga Dusun Bitingan Desa Kepakisan Kecamatan Batur Banjarnegara yang tinggal di lereng gunung Sipandu.

Sebagian mereka mempercayai wilayahnya dulu sebagai tempat pembuatan candi. Batu-batu alam dari curug Sirawe diangkut ke Dieng melalui gunung Sipandu. Jalur itu diyakini akses terdekat menuju Dieng meski harus mendaki gunung yang menjulang.

Jika benar situs yang ditemukan adalah tangga perosotan, kemungkinan itu dipakai untuk menarik batu dari Sirawe ke Dieng.

Di Dieng, batu-batu itu digunakan untuk membangun candi. Aryadi menilai masuk akal jika material pembentuk candi-candi di Dieng dipasok dari luar, termasuk dari Bitingan Desa Kepakisan.

Di Kompleks Curug Sirawe Dusun Bitingan, warga juga pernah menemukan batu-batu candi, baik berukir maupun berbentuk balok. Warga juga pernah menemukan arca di tempat itu.

"Jalur tercepat ke Dieng memang lewat Gunung Sipandu ini,"katanya

Dalam laporan Belanda, kata Aryadi, situs Ondo Budho ada di empat sisi arah menuju Dieng. Di selatan telah ditemukan situs Ondo Budho, yakni di Siterus Desa Sikunang Kecamatan Kejajar Wonosobo.

Berbeda dengan situs di Sipandu, Situs Ondo Budho di Siterus masih lengkap dengan anak tangga. Jalur itu diduga sebagai akses pejalan kaki atau peziarah menuju Dieng yang menjadi pusat keagamaan di zaman Mataram kuno.

Selain situs Ondo Budho, kemungkinan masih banyak situs lain yang belum ditemukan atau hilang. Ini sesuai laporan Belanda yang menyebut ada 400 situs di Kawasan Dieng.

Kontributor : Khoirul

Load More