SuaraJawaTengah.id - Akhirnya Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo angkat bicara soal aksi penyerangan Habib Assegaf di RW 001 Kampung Mertodranan, Pasar Kliwon, Sabtu (8/8/2020) malam. Rudy berharap kejadian tersebut menjadi yang terakhir di Solo.
Rudy juga mendukung polisi agar mengusut tuntas kasus itu.
Rudy mengaku sudah mengumpulkan tokoh-tokoh agama dan masyarakat guna menciptakan iklim yang kondusif di Kota Solo.
“Kami kan selalu membangun toleransi antarumat beragama di Solo tanpa memandang suku, agama, golongan, ras, dan sebagainya. Saya sangat berharap kejadian di Pasar Kliwon itu yang terakhir,” kata dia kepada wartawan, Rabu (12/8/2020).
Wali Kota mengatakan Pemerintah Kota Solo siap mendukung upaya hukum kepolisian mengusut aksi kekerasan di Mertodranan.
"Paling tidak saya sudah selalu menyampaikan untuk melakukan koordinasi, saling menghargai dan menghormati, biarpun ada perbedaan namun kita ini tetap satu sebagai bangsa Indonesia," ungkapnya.
Ia meminta seluruh pelaku yang tertangkap mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai Undang-undang yang berlaku.
Tindakan intoleransi sudah mencederai aturan hukum yang berupaya melindungi setiap warga negara.
“Adanya kejadian kemarin tentunya harus diusut sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan tidak boleh terulang lagi. Jangan sampai ada kejadian-kejadian lain,” kata Rudy.
Baca Juga: PKS Bertahan Usaha Lawan Gibran Sampai 6 September, Masih Percaya Keajaiban
Jika ada gesekan maupun permasalahan perbedaan pendapat seperti di Mertodranan yang berujung aksi kekerasan, Wali Kota Solo ini meminta masyarakat duduk bersama untuk musyawarah mencari solusi terbaik.
“Yang paling utama adalah saling menghargai dan menghormati sesama,” tutupnya.
Kota Solo Zona Merah Intoleran
Aksi laskar intoleran yang meresahkan warga dan berakhir penyerangan terhadap Habib Assegaf saat melakukan syukuran pernikahan keluarganya membuat sebagian orang menyebut Kota Solo zona merah intoleran.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah, Taslim Syahlan mengatakan, Kota Solo memang bisa dibilang zona merah kasus intoleran.
Jika dibanding dengan kota-kota lain, Kota Solo paling banyak kasusnya.
Berita Terkait
-
7 Rekomendasi Kuliner Solo yang Cocok Buat Libur Akhir Pekan
-
Taeyeon Ucapkan Selamat Tinggal pada Masa Lalu di Lagu Comeback 'Panorama'
-
Debut Solo, Jungwoo NCT Ciptakan Momen Manis dengan Penggemar di Lagu Sugar
-
Krystal Temukan Kebahagiaan dalam Kesendirian di Lagu Debut Solo, Solitary
-
Tanpa Ribet Sekali Klik! Berikut Link Streaming Persis Solo vs PSM Makassar Malam Ini
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Identix Group Buka Gerbang Ekspor Produk Lokal Jateng, Kopi dan Rempah Bakal Tembus ke 42 Negara
-
Nasib Khairul Anwar di Ujung Tanduk, Rangkap Jabatan Ancam Kursi Panas Ketua PSSI Jateng?
-
Jawa Tengah Dinobatkan sebagai Provinsi Sangat Inovatif dalam IGA Award 2025
-
7 Rekomendasi Mobil Hybrid Terbaik, Bisa Dibeli Di Akhir Tahun 2025 Ini
-
Tangan Dingin Anne Avantie di Bisnis Kuliner, Gandeng BRI Lestarikan Jajanan Legendaris