Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 22 September 2020 | 14:24 WIB
Sukirno pedagang bumbu dapur yang lapaknya terbakar di Pasar Wage Purwokerto, Selasa (22/9/2020). (Suara.com/Anang Firmansyah)

SuaraJawaTengah.id - Pagi ini, tak seperti pagi pada hari sebelumnya bagi para pedagang Pasar Wage yang menempati Block B. Biasanya, pukul 10.00 WIB, aktivitas jual-beli mewarnai suasana Pasar Wage sejak pukul 00.00 WIB dini hari. Berbeda dengan hari ini.

Dari kejauhan sorot mata pedagang nampak kosong. Raut wajahnya nampak lemas meskipun mencoba tegar.

Di lantai dua tempat biasanya ia mencari nafkah, mereka saling berbagi cerita tentang kebakaran yang terjadi satu hari sebelumnya.

Wahidin, 45, pedagang sembako yang menempati Block B Leter S 18 mengatakan saat kejadian dirinya berangkat dari rumahnya di Kecamatan Kemranjen berjarak 24 km sekitar pukul 03.30 WIB pagi.

Baca Juga: Korban Kasus Asusila Sesama Jenis di Purwokerto Bertambah 7 Orang

Saat hampir sampai Pasar Wage dirinya nampak heran karena kondisinya ramai. Ia sempat mengira ada razia masker di lingkungan pasar.

"Karena kan masih gelap. Jadi tidak kelihatan kepulan asapnya. Terus tau-tau saya ditepuk pundaknya dari belakang sama temen sambil ngomong 'entek pak entek barange njenengan' (habis pak, barangnya kamu)," ceritanya saat ditemui, Selasa (22/9/2020).

Ia awalnya belum menyadari apa yang sedang terjadi. Namun ketika tahu, seketika ia lemas dan syok. Membayangkan barang dagangannya yang baru di isi penuh pada hari Jumat (18/9/2020) habis terbakar tak tersisa.

"Lemas saya. Soalnya barang dagangan saya baru kulakan. Terus juga ada uang yang ditinggal Rp 1,5 juta buat setoran ke bank habis semua terbakar," jelasnya.

Untuk total kerugian yang dideritanya jika dihitung mencapai lebih dari Rp 50 juta. Ia kini tidak tahu lagi akan menggantungkan penghasilan dari mana. Harapannya pemerintah bisa memberikan kompensasi untuk modal awal.

Baca Juga: Ini Dia, Gadis Penjual Kopi Berparas Cantik yang Viral di Banyumas

Pasalnya ia mengaku seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sejak diterpa pandemi dagangannya sepi pembeli. Pemasukan pun berkurang hingga 50 persen sejak Bulan April lalu.

"Saya itu merasakan kesedihannya dobel. Karena akibat corona penghasilan menurun drastis. Dalam satu bulan terakhir sudah mulai naik lagi penghasilannya. Tapi ketambahan kebakaran ini. Ga tau ini mau gimana lagi," ujarnya yang sudah berdagang sejak tahun 1990.

Senada dengan Wahidin, Sukirno,59, pedagang bumbu dapur mengaku pasrah dengan kondisi seperti ini. Dagangannya berupa bawang merah dan bawang putih yang berkarung-karung sebagian besar habis terbakar.

"Saya itu baru saja jalan pulang, tapi belum sampai rumah istri saya yang jaga tiba-tiba telepon sambil nangis kasih tahu kalau lapaknya terbakar habis. Padahal belum sampai lima belas menit saya meninggalkan pasar," katanya.

Beruntung istrinya masih sempat menyelamatkan uang yang ada di dalam tas. Jumlahnya tidak terlalu besar dibanding dengan total kerugian yang dialami.

"Istri saya sempat nyawel (ngambil) tas, isinya uang Rp2 juta," ujarnya.

Jumlah segitu tak sebanding dengan total kerugian yang hampir menyentuh angka Rp100 juta. Namun beruntung berdasar pantauan seusai kebakaran, masih ada beberapa karung berisi bawang merah yang tidak ikut terbakar.

"Itu masih ada karung yang tersisa. Sepertinya tidak ikut terbakar. Tapi saya belum boleh mengambil karena menunggu pemeriksaan tim dari kepolisian," katanya yang sudah berjualan sejak tahun 1983.

Menurutnya ini merupakan kejadian kelima kebakaran selama 18 tahun terakhir. Namun baru kali ini lapaknya ikut terdampak. Sebelumnya kebakaran terjadi di Blok C. Namun dirinya lupa tepatnya pada tahun berapa.

"Selama 18 tahun padahal sudah ada 5 kali kebakaran. Tapi kenapa pemerintah tidak pernah instropeksi. Ini kita di atas suruh bikin lapak yang tidak permanen. Tapi di bawah malah dibikin lapak permanen rawan kebakaran juga. Waktu saya tanya ke pihak terkait malah jawabannya sudah terlanjur. Padahal kalau itu aturan kan harus ditegakkan," terangnya.

Ia kini hanya berharap agar ada renovasi dan kompensasi dari pemerintah. Karena banyak dari pedagang yang memiliki tanggungan setoran.

"Orang bank tidak mau tau soalnya. Kalau bisa sih full kompensasinya. Ini waktu adanya corona pendapatan saya belum stabil. Pemasukan saya yang tadinya Rp 10 juta sehari sekarang tinggal Rp 4 juta," tandasnya.

Berdasarkan data yang dihimpun, kebakaran yang terjadi di Pasar Wage Purwokerto pada Senin (21/9/2020) pagi, menyebabkan 110 lapak pedagang terbakar. Penyebab kebakaran saat ini masih dapam penyelidikan tin Labfor Polda Jateng.

Kontributor : Anang Firmansyah

Load More