SuaraJawaTengah.id - "Gerwani lonte, hancurkan Gerwani dan gantung Aidit" yel-yel tersebut yang didengar Sumini, 74, korban G30S PKI yang saat itu sedang menempuh pendidikan tinggi di Institute Pertanian Gerakan Tani (IPGT) Bogor.
Saat itu sekelompok aksi sedang mengepung kampus Sumini. Sekelompok aksi tersebut tak hanya merusak kampus, namun juga menjarah buku, mesin ketik dan kasur milik mahasiswa.
"Mereka itu bukan massa aksi demo namun rampok," jelasnya saat ditemui Suara.com, Senin (28/9/2020).
Saat itu, kondisi di kampusnya begitu buruk. Bahkan hampir semua mahasiswa panik. Hal itu membuat rektor IPGT Bogor terpaksa memulangkan mahasiswa ke rumah masing-masing karena kondisi yang semakin buruk.
"Nanti kalau sudah kembali normal, kalian boleh kembali lagi ke sini," ucap Sumini menirukan pesan rektor.
Ketika perjalanan pulang, di sepanjang jalan menuju ke Kabupaten Pati ia melihat banyak penjarahan, bahkan beberapa rumah juga dibakar. Selain itu, juga banyak orang yang diseret-seret dan disiksa.
"Saat perjalanan pulang saya melihat keadaan sudah parah. Saya melihat beberapa orang diseret-seret dan dibunuh," ujarnya.
Namun, betapa terkejutnya, ketika ia sampai di kampung halaman. Ternyata puluhan kelompok massa sudah mengepung rumah Sumini. Beberapa massa menuduh Sumini yang mencungkil mata para jendral di lubang buaya.
"Sampai akhirnya, saya diamankan oleh ayahnya. Saya diberi uang Rp5 ribu untuk kabur dari rumah," ingatnya.
Baca Juga: Daerah Rawan Corona, Polres Magelang Raya Tak Izinkan Nobar Film G30S/PKI
Selama berminggu-minggu Sumini melakukan pelarian tanpa tujuan. Perasaan Sumini semakin nelangsa lantaran uang yang diberikan ayahnya sudah habis untuk perjalanan dan makan.
"Saat itu saya tak punya tujuan, saya tidur di tempat seadanya. Pindah-pindah," ujarnya.
Di tengah perjalanan, Sumini bertemu dengan temannya hingga akhirnya ia dititipkan di rumah orang Juana. Di tempat tersebut untuk sementara waktu ia tinggal.
Beberapa hari kemudian, datang seorang pria bernama Suroji yang menginginkan agar Sumini bersedia dimadu. Saat itu, Suroji sudah mempunyai empat istri.
"Namun saat itu saya tidak mau. Saya menolaknya karena masih trauma," imbuhnya.
Hingga akhirnya, datang suatu malam yang mencekam. Pada hari yang sama Sumini dikepung oleh sekelompok massa yang memukulinya hingga pingsan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Ini Deretan Kesiapan Tol Semarang-Solo Sambut Lonjakan Pengguna Jalan Akhir Tahun
-
UMKM Malessa Tumbuh Pesat, Serap Tenaga Kerja dan Perluas Pasar
-
PKL Semarang Naik Kelas! Kini Punya Manajer Keuangan Canggih di Fitur Aplikasi Bank Raya
-
5 Mobil Bekas Rp50 Jutaan Terbaik 2025: Dari MPV Keluarga Sampai Sedan Nyaman
-
P! Coffee dan BRI Ajak Anak Muda Semarang Lari Bareng, Kenalkan Literasi Finansial