SuaraJawaTengah.id - Tragedi berdarah dalam sejarah Indonesia yakni Peristiwa Gerakan 30 September atau yang lebih dikenal dengan G30S selalu terngiang setiap tahunnya.
Partai Komunis Indonesia (PKI) pada masa itu sangat berkuasa dan sangat kejam. Bahkan partai berlambang palu dan arit itu kerap disebut menciptakan berbagai peristiwa tragedi berdarah.
Termasuk tujuh jenderal TNI yang dibunuh dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Keberingasan dan suasana mencekam itu turut dialami saksi hidup asal Kota Solo, Heri Isranto. Sosok yang terkenal sebagai pemerhati olahraga di Bumi Bengawan.
Baca Juga: Survei Terbaru: 37 Juta Warga Indonesia Percaya PKI Akan Bangkit
Maklum saja, saat itu pria yang akrab disapa Gogor tersebut tinggal bersama sang kakek, tepat di depan markas PKI di Solo. Tepatnya di Jalan Honggowongso atau selatan Pasar Kembang.
Kakeknya adalah Mangku Suwiryo, Mangku Sunarto (partisipan PNI), serta Sudiyono (aktivis Muhammadyah).
"Kalau sekarang istilahnya seperti DPC (Dewan Pimpinan Cabang) PKI di Solo. Banyak sekali orangnya, karena kebetulan tinggal saya berhadap-hadapan," kata Gogor mengawali perbincangan dengan Suara.com, Rabu (30/09/2020).
"Saya masih ingat DN Aidit (pemimpin senior PKI) sering bolak-balik berkunjung ke rumah itu," tambah dia.
Dia menceritakan, kakeknya memang berasal dari keluarga ningrat dan memiliki rumah di Jalan Honggowongso serta Masjid At Taqwa. Bangunan rumah dan lahan besar itu beserta masjid lantas diwakafkan dan menjadi SMA Al Islam Solo yang terletak depan markas PKI Solo.
Baca Juga: AHY Ceritakan Kesaksian Kakeknya yang Dikenal Sebagai Penumpas PKI
"Kebetulan rumah kakek saya itu aktivis Muhammadyah. Mbah-mbah saya di situ dan berhadapan dengan rumah pribadi kyai Nahdatul Ulama (Kyai Firas)."
Berita Terkait
-
Subarkah Hadisarjana Ternyata Sosok di Balik Kesuksesan Film G 30 S/PKI
-
Disiapkan Tempat Sembunyi Neneknya, Ini Cerita Anies Baswedan Soal PKI
-
Babak Sejarah Indonesia yang Hilang, Penculikan Soekarno-Hatta oleh DN Aidit
-
Di Balik Ketenangan Pulau Dewata: Kisah Pilu dan Upaya Berdamai dengan Tragedi 1965
-
Profil Yunus Yosfiah, Jenderal TNI yang Melarang Penayangan Film G30S/PKI Sejak 1998
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Pamer Hampers Lebaran dari Letkol Teddy, Irfan Hakim Banjir Kritikan: Tolong Jaga Hati Rakyat
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
Pilihan
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
-
Prabowo Percaya Diri Lawan Tarif Trump: Tidak Perlu Ada Rasa Kuatir!
-
Magisnya Syawalan Mangkunegaran: Tradisi yang Mengumpulkan Hati Keluarga dan Masyarakat
-
PT JMTO Bantah Abu Janda Jadi Komisaris, Kementerian BUMN Bungkam
Terkini
-
Jateng Menuju Lumbung Pangan Nasional, Gubernur Luthfi Genjot Produksi Padi 11,8 Juta Ton di 2025
-
One Way Lokal di Tol Salatiga-Kalikangkung Dihentikan: Puncak Arus Balik Lebaran 2025 Terlewati
-
Berkat BRI, Peluang Ekspor bagi Gelap Ruang Jiwa Terbuka Makin Lebar
-
Sejak Ikut dalam UMKM EXPO(RT), UMKM Unici Songket Silungkang Kini Tembus Pasar Internasional
-
Asal-Usul Penamaan Bulan Syawal, Ternyata Berkaitan dengan Unta