SuaraJawaTengah.id - Sejak beberapa waktu lalu banyak penelitian mengungkapkan kalau Virus Corona telah bermutasi dan menjadi varian baru yang lebih ngeri. Seperti diungkap The Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Studi CDC menunjukkan bahwa varian baru Virus Corona telah menyebar di Inggris. Efek varian baru virus ini nampaknya lebih menular dan kemungkinan akan menyebabkan tingkat rawat inap dan kematian yang lebih tinggi di tahun depan.
Namun demikian, CDC bersama para ilmuwan dan ahli penyakit menular masih mengumpulkan tentang varian baru virus Corona, yang disebut SARS-CoV-2 VUI 202012/01.
Dilansir dari Bloomberg, Sabtu (26/12/2020), Penelitian Pusat Pemodelan Matematika Penyakit Menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine menemukan bahwa varian baru COVID-19 ini 56 persen lebih mudah ditularkan daripada jenis lainnya.
Peneliti yang berfokus di Inggris Tenggara, Timur, dan London mengatakan masih belum pasti apakah strain yang bermutasi ini lebih mematikan atau tidak dibandingkan pendahulunya.
"Meskipun demikian, peningkatan penularan mungkin akan menyebabkan banyaknya peningkatan kasus, lalu kasus rawat inap dan kematian akibat Covid-19 yang diprediksikan akan lebih tinggi pada 2021 daripada 2020, meskipun pembatasan wilayah diterapkan," kata para peneliti.
Para penulis studi juga memperingatkan bahwa lockdown yang diberlakukan di Inggris pada November tidak mungkin mencegah peningkatan infeksi kecuali jika sekolah dasar, sekolah menengah, dan universitas ikut ditutup. Hal ini berarti perlu untuk mempercepat peluncuran vaksin dalam meminimalkan risiko fatal lainnya.
Pemerintah Inggris juga sebelumnya mengatakan varian mutasi tampaknya sebanyak 70 persen lebih dapat ditularkan dari pada strain yang beredar lainnya.
Selain itu, Kepala Penasihat Ilmiah Inggris, Patrick Vallance, menerangkan bahwa varian ini memiliki hampir dua lusin mutasi yang dapat mempengaruhi protein yang dibuat oleh virus korona.
Baca Juga: Setelah Inggris, Varian Baru Virus Corona Juga Ditemukan di Prancis
Maka dari itu, dia menegaskan bahwa peluncuran vaksinasi ini mungkin perlu dipercepat untuk menahan penyebarannya, ke tingkat 2 juta orang seminggu dari kecepatan saat ini yang hanya 200.000.
Berita Terkait
-
Setelah Inggris, Varian Baru Virus Corona Juga Ditemukan di Prancis
-
Ini Dampak yang Ditimbulkan Varian Baru Virus Corona Menurut Hasil Studi
-
Studi: Varian Baru Virus Corona Berisiko Sebabkan Banyak Kematian
-
Ahli Genetik UGM: Tes WGS untuk Deteksi Mutasi Virus Corona Itu Penting!
-
Koordinasi dengan Pemda, Satgas Pastikan Distribusi Vaksin Covid-19 Lancar
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik